Rabu, 12 Mei 2010

PENYEJUK JIWA ; BERDZIKIRLAH SUNGGUH SANGAT BANYAK KEUNTUNGAN DARINYA.

Satu Jam Untuk Kebahagiaan Dunia Akhirat
Manusia selalu berada di antara hidayah Allah dan tipu daya syaithan. Kelengahan sedikit saja, syaithan akan bisa menjermusukan seseorang ke dalam lembah yang akan menyia-nyiakan bahkan merusak hidup seseorang. Berikut ini adalah 7 amal penting yang akan menjamin seseorang terhindar dari kondisi negatif itu. Dengan melakukan 7 program ini, seseorang akan diampuni dosanya, dilindungi dari fitnah kubur, dibangunkan rumah di surga, dikabulkan do�anya, dilindungi dari kefakiran, dicukupi kebutuhannya, dibebaskan dari perasaan gelisah. Uniknya lagi, semua hal itu dapat diperoleh hanya dengan membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit atau 1 jam saja.

1.
Melakukan 12 rakaat sunnah rawatib. Yakni, 2 rakaat sebelum subuh, 4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat bada zuhur, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya.
Manfaat yang diharapkan: Allah akan membangunkan sebuah rumah di surga bagi orang yang senantiasa melakukannya.
Dalil : Rasulullah saw bersabda, �Barangsiapa yang solat dalam satu hari sebanyak 12 rakaat, sunnah, Allah akan bangunkan baginya rumah di surga.� (HR Muslim)
2.
Sholat dua rakaat tahajjud. Faidah yang diharapkan: Dikabulkannya do�a, diampunkannya dosa, dan dicukupi Allah kebutuhannya. Dalil: Sabda Rasulullah saw, �Allah sw turun setiap malam ke langit dunia, di saat sepertiga malam terakhir dan mengatakan, �Siapa yang berdo�a kepadaku, pasti aku kabulkan. Siapa yang meminta padaku,pasti aku berikan, dan siapa yang memohon ampun padaku, pasti aku ampuni. (HR. Bukhari)
3.
Melakukan sholat duha 2 raka�at, 4 rakaat atau 8 rakaat. Manfaat yang diharapkan: Bernilai shadaqah dari seluruh persendian tulang. Dalil: Rasulullah saw bersabda, �Setiap persendian kalian adalah sadakah, setiap tasbih adalah sadakah, setiap tahmid adalah sadakah, setiap tahlil adalah adakah, setiap takbir adalah sadakah, setiap anjuran pada kebaikan adalah sadakah, setiap larangan dari yang mungkar adalah sadakah, dan semuanya akan mendapat ganjaran yang sama dengan melakukan shalat dua rakaat dari shalat duha.
4.
Membaca surat Al Mulk. Manfaat yang diharapkan: Diselamatkan dari adzab kubur. Dalil : Rasulullah saw bersabda, �Sesungguhnya ada salah satu surat dri Al Qur`an yang terdiri dari 30 ayat. Ia akan memberi syafaat pada seseorang dengan pengampunan dosa. Yaitu surat �tabarakallazi biyadihil mulk.� (HR Turmudzi dan Ahmad. Turmudzi mengatakan, ini adalah hadits hasan)
5.
Mengatakan : Laailaaha illallah wah dahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa hua ala kulli syai�in qadir dalam satu hari seratus kali. Manfaat yang diharapkan: Terpelihara dari gangguan syaitan selama satu hari, dihapuskan 100 kesalahan dan memperoleh 100 kebaikan.
Dalil : Rasulullah saw bersabda, �Barangsiapa yang mengatakan �Laa ilaaha illallah wah dahuu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ala kulli syai�in qadiir�, maka ia akan mendapat pahala seperti membebaskan 10 budak, ditulis baginya 100 kebaikan, dihapuskan 100 kesalahannya, dan ia akan terpelihara dari syaitan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorangpun yang lebih baik dari apa yang ia peroleh dari hari itu, kecuali ada orang yang beramal lebih dari itu.�
6.
Shalawat atas Nabi Muhammad saw sebanyak 100 kali.
Faidah yang diharapkan: Bebas dari bakhil dan mendapat balasan shalawat dari Allah swt. Dalil: Rasulullah saw bersabda, �Barangsiapa yang bershalawat atas diri saya maka Allah akan mendo�akannya sebanyak sepuluh kali.� (HR. Muslim)

Hadits Rasulullah saw: Orang yang bakhil adalah orang yang bila namaku disebut di hadapannya, kemudian ia tidak bershalawat kepadaku. (HR Turmudzi)
7.
Mengatakan Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil aziim.
Faidah yang diharapkan: Ditanamkan di surga untuk yang melakukannya 100 batang pohon. Dalil: Rasulullah saw bersabda, �Barangsiapa yang melazimkan istighfar, maka Allah akan memberikan padanya jalankeluar di setiap kesempitan, penyelesaian dari setiap kegundahan, dan diberikan rizki dari sesuatu yang tidak diduga-duga. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim)

Selain tujuh amalan di atas, tentu saja kita harus mengerti bahwa iman dalam Islam bukanlah sekedar sholat,dzikir dan bacaan Al Quran, tapi mencakup perbuatan dan prilaku kita dalam berhubungan sesama manusia. Rasulullah menyebutkan, �Senyum anda kepada saudara anda adalah shadakah, danperintah kepada yang ma�ruf serta larangan dari yang mungkar itu shadakah, petunjukmu pada seorang asing yang tersesat itu sedekah, engkau menuntun orang yang sulit melihat itu shadakah, menyingkirkan batu dan duri dari jalan itu adalah sadakah, dan engkau membantu mengambilkan air untuk sahdaramu itu adalah sedekah.� Hadits riwayat Turmudzi ini menunjukkan bahwa kebaikan seorang muslim, selain ditunjang oleh kebaikan bathinnya juga harus diimplementasikan dalam kebaikannya dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya
Manusia selalu berada di antara hidayah Allah dan tipu daya syaithan. Kelengahan sedikit saja, syaithan akan bisa menjermusukan seseorang ke dalam lembah yang akan menyia-nyiakan bahkan merusak hidup seseorang. Berikut ini adalah 7 amal penting yang akan menjamin seseorang terhindar dari kondisi negatif itu. Dengan melakukan 7 program ini, seseorang akan diampuni dosanya, dilindungi dari fitnah kubur, dibangunkan rumah di surga, dikabulkan do�anya, dilindungi dari kefakiran, dicukupi kebutuhannya, dibebaskan dari perasaan gelisah. Uniknya lagi, semua hal itu dapat diperoleh hanya dengan membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit atau 1 jam saja.



PENYEJUK JIWA ; BERDZIKIRLAH SUNGGUH SANGAT BANYAK KEUNTUNGAN DARINYA.


1. ASTAGHFIRULLAH (aku memohon ampun kepada Allah)
siapa yang membiasakan diri untuk membaca istighfar, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitan dan kelapangan dari setiap kesedihan...Allah akan memberikan rezeki dari jalan yang tidak di sangka-sangka. ( H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah ).
Rosulullah SAW beristighfar kepada Allah lebih dari seratus kali dalam sehari.... Baca Selengkapnya

2. SUBHANALLAH (maha suci Allah)

apakah salah seorang kalian tidak sanggup untuk mendapatkan seribu kebaikan dalam setiap hari? Para sahabat bertanya, "bagaimana caranya wahai rosulullah? Beliau menjawab, " kalian hendaklah bertasbih (membaca SUBHANALLAH) sebanyak 100 kali, maka kelak akan di catat baginya seribu kebaikan atau akan di hapus darinya seribu keburukan. ( H.R. Muslim dan Tirmidzi )

3. SUBHANALLAH WA BIHAMDIHI (maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya)

siapa yang mengucapkan SUBHANALLAH WA BIHAMDIHI sebanyak seratus kali dalam sehari, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa hambanya, meskipun (dosa-dosa tersebut) sebanyak buih di lautan. ( H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah )

4. SUBHANALLAH WA BIHAMDIHI, SUBHANALLAH AL-AZHIM. (maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, maha suci Allah yang maha agung)

(ada) dua kata yang ringan di lidah (namun) berat di timbangan dan di sukai Robb yang maha penyayang kedua kata itu (adalah) : SUBHANALLAH WA BIHAMDIHI, SUBHANALLAH AL-AZHIM. ( H.R. Bukhori-Muslim-Tirmidzi-Ibnu Majah-dan Ahmad ).

5. LA ILAHA ILLALLAH. (tidak ada sesembahan melainkan Allah).... Baca Selengkapnya

Sebaik-baiknya perkataan yang Aku dan para nabi sebelumKu ucapkan adalah LA ILAHA ILLALLAH. (tidak ada Tuhan selain Allah).
Dalam riwayat lain di sebutkan, pada suatu hari Rosulullah bersabda pada para sahabatnya, "perbaruilah iman kalian!" mereka bertanya, "bagaimana caranya agar kami dapat memperbarui iman kami, wahai Rosulullah? "beliau menjawab, "hendaklah kalian memperbanyak membaca LA ILAHA ILLALLAH. ( H.R. Tirmidzi ).

Benar hanya dengan membaca LA ILAHA ILLALLAH, LA MA 'BIDA ILLALLAH. (tidak ada sesembahan melainkan Allah, dan tidak ada yang patut di sembah kecuali Allah). Maka iman seseorang akan menjadi baru. Karena terkadang hati seseorang menjadi lemah atau menurun dan tidak merasakan apa yang ia rasakan sebelumnya, hati tidak mampu lagi mendorong untuk mengajarkan qiyamul-lail, menimbulkan rasa cinta kepada ibadah, serta tidak dapat merasakan manisnya bermunajat kepada Allah, dengan membaca bacaan ini, maka iman seseorang akan dapat di perbarui.


6. LA ILAHA ILLALLAH WAH DAHU LAA SYARIKALAH, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU, WA HUWA ALA KULLI SYAI'IN QADIR. (tidak ada sesembahan kecualh Allah, Robb satu-satunya dan tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya-lah segala puji, dan dia adalah maha berkuasa atas segala sesuatu).

Siapa yang membaca LA LLAHA ILLALLAH WAHDAHU, LA SYARIKALAHU, LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ALA KULLI SYAI'IN QADIR. Sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya pahala yang sama dengan pahala memerdekakan sepuluh orang budak, akan di catat baginya seratus kebaikan, di berikan kepadanya sebuah benteng yang dapat menjaganya dari godaan setan sepanjang hari hingga datang waktu sore, dan tidak ada seorangpun yang datang dengan membawa pahala yang lebih baik dari pada apa yang di bawanya, kecuali orang-orang yang melakukan hal yang sama dengan jumlah lebih banyak. ( H.R. Bukhori-Muslim-Tirmidzi-Ibnu Majah-dan Ahmad ).

7. Laa Haula Wala Quwwata Illaa Billaah (Tidak Ada Daya dan Kekuatan Kecuali Atas Izin Allah).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Laa Haula Wala Quwwata Illaa Billaah, adalah salah satu harta simpanan milik Allah yang terdapat di dalam surga.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu daud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

8. Hasbiyallahu wa Ni’mal Wakil (Cukuplah Bagiku Hanya Allah Allah dan Dia adalah Sebaik-baik Penolong).

Arti dari kalimat “cukup bagiku hanya Allah” adalah bahwa cukup bagiku hanya Allah semata dan aku tidak membutuhkan yang lain selain Dia. Sedangkan maksud dari kalimat, “dan Dia adalah sebaik-baik wakil atau penolong” adalah Dia-lah sebaik-baik penolong dalam mengatasi semua permasalahan hidup, memenuhi semua kebutuhan, dan menghilangkan semua kegelisahan atau ketakutan.

Maka dari itu, apabila kita takut terjerumus dalam perbuatan maksiat, maka ucapkanlah “Hasbiyallahu wa Ni’mal Wakil.” Jika kita mengharapkan sesuatu atau takut kepada sesuatu, maka cukuplah hanya Allah sebagai penolong.

Ketika mengakhiri ibadah dzikir, jangan lewatkan untuk selalu menutupnya dengan pujian kepada Allah ta’ala serta bacaan shalawat kepada Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits Rasulullah disebutkan, “Siapa yang membaca shalawat kepadaku sebanyak satu kali, maka Allah akan membaca shalawat (menurunkan rahmat) kepadanya sebanyak sepuluh kali.” (HR. Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i).

Amal Shaleh Satu Menit
Coba Anda pikir-pikir, sesungguhnya banyak sekali jalan untuk mengerjakan amal kebajikan tanpa memerlukan usaha yang berat. Amal kebajikan itu dapat Anda kerjakan saat berjalan dengan kedua kaki Anda, mengendarai kendaraan, sedang berdiri atau duduk.

Dalam waktu satu menit, sebenarnya Anda dapat membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 15 kali. Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang menguasai diriku, sesungguhnya nilai surat Al-Ikhlas serupa dengan sepertiga Al-Qur’an.” (HR. Bukhari)
Dalam waktu satu menit, Anda bisa membaca surat Fatihah sebanyak lima kali. Rasulullah pernah berkata kepada Ibnu Ma’ali, “Aku hendak mengajarimu sebuah surat yang nilainya lebih utama di antara surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an.” Kemudian beliau melanjutkan, “(Yaitu) bacalah ‘alhamdulillahi rabbi alamîn’, yaitu surat Al-Fatihah, dan Al-Qur’an yang diturunkan kepadaku.” (HR.Bukhari)

Dalam waktu satu menit, Anda bisa membaca kalimat “subhanallah wa bihamdihi, subhanallah al-azhîm” sebanyak 50 kali. Rasulullah pernah bersabda, “Dua kalimat yang ringan di lisan dan berat di timbangan, dan dua-duanya disenangi oleh Allah, yaitu kalimat ’subhanallah wa bihamdihi, subhanallah al-azhîm’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam waktu satu menit, Anda bisa membaca kalimat “subhanallah wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimâtihi” sebanyak 10 kali.

Dalam waktu satu menit, Anda bisa membaca shalawat atas Nabi sebanyak 20 kali, di mana bacaan itu sama halnya Anda membaca shalawat atas Nabi sebanyak 200 kali.

Dalam waktu satu menit, Anda bisa memohon ampunan kepada Allah lebih dari 70 kali. Memohon ampun kepada Allah dapat menyebabkan terhapusnya dosa, masuk surga, menghilangkan malapetaka, memudahkan segala urusan, mendapat karunia baik berupa harta maupun anak-anak.

Dalam waktu satu menit, Anda bisa membaca kalimat “lâ ilâha illa Allah wahdahu la syarîkalah lahu al-mulk wa lahu al-hamd wa huwa ala kulli syai qadir” sebanyak 20 kali.
Rasulullah bersabda,”Barang siapa yang membaca kalimat ‘lâ ilâh illa Allah wahdahu la syarîkalah lahu al-mulk wa lahu al-hamd wa huwa ala kulli syai qadir’ sebanyak 10 kali, maka dia seperti seseorang yang telah memerdekakan empat jiwa dari seorang anak seperti Nabi Ismail.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam waktu satu menit, Anda bisa membaca kalimat “la haula wa la quwata illa billahi” sebanyak 40 kali. Diriwayatkan dari Abu Musa, bahwa Rasulullah pernah bersabda kepadanya, “Tidakkah kamu ingin aku beritahukan tentang harta simpanan di antara harta simpanan yang terdapat di surga?” Abu Musa menjawab, “Baiklah, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Bacalah kalimat ‘la haula wa la quwwata illa billahi’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam waktu satu menit, Anda bisa membaca kalimat “subhanallah wa bihamdihi” sebanyak 100 kali. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang membaca kalimat ’subhanallah wa bihamdihi’ sebanyak 100 kali dalam sehari, maka dosa-dosanya akan dilebur, walaupun dosa-dosanya seperti buih air laut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi, dalam waktu satu menit pula, sebenarnya Anda bisa mencegah kemungkaran dengan hikmah dan tutur kata yang baik. Atau menganjurkan berbuat kebajikan, mementingkan arti sebuah nasehat untuk sahabat, turut berbelasungkawa atas seseorang yang ditimpa musibah, menyingkirkan benda yang menghalang-halangi jalan umum.Semua ini termasuk jenis amal kebajikan.

Dalam waktu satu menit, bisa jadi Anda dapat menggapai ridha Allah. Maka Allah akan mengampuni dosa-dosa Anda, dan waktu satu menit itu merupakan bekal Anda saat hari kiamat tiba.

Dalam kitab al-Durar, sebuah kitab yang ditulis untuk menasehati anaknya, terutama dalam bab Melembutkan Hati; Upaya Menasehati Anak, Ibnu Qayyim al-Jauzi berkata, “Ketahuilah wahai anakku, sesungguhnya hari mencakup jam, dan setiap jam mencakup hembusan nafas, dan setiap hembusan nafas adalah bekal. Maka dari itu, hati-hatilah jangan sampai saat menghembuskan nafas tidak melakukan hal-hal yang bermanfaat. Maka pada hari kiamat kamu akan menyaksikan dirimu hanya sebuah tempat yang kosong dan kamu akan menyesal.”

“Coba anda perhatikan setiap waktu yang anda lewati, apa saja yang telah anda kerjakan. Jangan anda menyia-nyiakan waktumu kecuali sebisa mungkin anda berusaha berbuat kebajikan. Jangan biarkan dirimu tidak melakukan pekerjaan apa pun. Dan hendaklah anda membiasakan diri beramal kebajikan dan terus-menerus memperbaikinya. Semoga saja amal kebajikan itu menjadi simpanan amalmu saat di kubur dan akan membahagiakanmu saat hari kiamat tiba.”

Sabtu, 08 Mei 2010

Weekend ( Liburkah Jum'at menurut Islam? )

Yahudi dan Nashrani menggunakan hari raya mingguannya untuk libur. Yahudi libur di hari Sabtu. Nashrani libur di hari Minggu.

Apakah umat Islam libur pula hari Jum'at ?

Bani Isroil memang dikisahkan di dalam Al-Quran diperintahkan libur pada hari Sabtu dan diperintahkan mengisi sabtu itu dengan beribadah kepada Allah. Para pelanggar ketentuan hari sabtu ini dihukum dengan dikutuk menjadi "kera yang hina" (Q.S. Al-Baqoroh : 63-66)

Apakah umat Nabi Muhammad s.a.w. sama diperintahkan libur pada hari jum'at dan mengisi hari jum'at dengan beribadah kepada Allah SWT seperti bani Isroil ?

Mari kita jelajahi.

Al-Quran petunjuk bagi umat Muhammad s.a.w. menunjukkan hukum jum'at pada surat Al-Jumu'ah ayat 9 - 11.

Ayat 9 berbicara tentang sebelum shalat jum'at :

"Hai orang-oran yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari jum'at, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui"

Pada ayat 9 ini jelas, bahwa sebelum adzan shalat jum'at dikumandangkan, umat muhammad s.a.w. diperkenankan untuk berdagang dan melakukan aktifitas (keduniawian) lainnya. Seluruh aktifitas itu harus ditinggalkan saat adzan dikumandangkan. Dengan demikian jelaslah bahwa sebelum shalat jum'at bukan waktu libur bagi umat Muhammad s.a.w.

Ayat 10 berbicara tentang setelah shalat jum'at :

"Apabila shalat telah selesai ditunaikan, maka bertebaranlah kalian di muka bumi ; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung"

Pada ayat sembilan ini jelas bahwa setelah selesai shalat jum'at diperintahkan untuk beraktifitas mencari karunia Allah (rizki dan ilmu di antaranya). Dengan demikian jelaslah bahwa setelah shalat jum'at bukan waktu libur bagi umat Muhammad s.a.w.

Dengan dua ayat ini ditunjukkan bahwa sebelum dan sesudah shalat jum'at bukanlah waktu libur bagi umat Muhammad s.a.w. Dengan demikian tidak pada tempatnya umat Muhammad s.a.w. membuat jum'at sebagai hari libur, karena tidak sesuai dengan petunjuk Al-Quran.

Ayat 11 berbicara tentang peringatan meninggalkan shalat jum'at :

"Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar menuju kepadanya (perniagan dan permainan) dan mereka meninggalkan kamu sedang berdiri (berkhuthbah). Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dari pada permainan dan perniagaan", dan Allah sebaik-baik pemberi rizki."

Ayat ini jelas menunjukkan ada dua hal yang membuat orang meninggalkan shalat jumat, yaitu aktifitas ekonomi dan permainan (bersenang-senang / berekreasi)

Bila kajian kita arahkan kepada kondisi sosial yang ada, kita temukan ;

Pertama, aktifitas ekonomi yang sedemikian padat. Apabila kita melaksanakan begitu saja sesuai dengan teks ayat 9, maka banyak orang akan tertinggal khuthbah, bahkan tertinggal shalat jum'ah. Mengapa ?

Orang baru meninggalkan aktifitasnya saat adzan berkumandang. Saat itu mereka perlu waktu untuk bergerak menuju masjid tempat shalat jum'at dan bersuci untuk melaksanakan shalat jum'at. Dengan jumlah yang banyak dan fasilitas bersuci yang ada, maka akan terjadi antrian yang panjang dan waktu yang cukup lama. Waktu itu bisa membuat waktu jum'at terlewat.

Bila kita cermati kondisi ini, maka kita sangat memahami ijthad sohabat 'Utsman bin 'Affan r.a. yang membuat adazn dua kali. Saat adazn pertama dikumandangkan, bila orang baru meninggalkan aktifitasnya, maka masih ada waktu baginya sebelum khotib naik mimbar. Waktu yang ada berkisar 10 menit. Khotib naik mimbar, salam, kemudian adzan kedua, ini katakanlah sekitar 5 menit. Jadi ada waktu sekitar 15 menit sebelum khuthbah disampaikan.

Bandingkan dengan satu khuthbah. Prakteknya adalah Khotib naik mimbar, salam, kemudian adzan. Maka waktu yang tersedia sekitar lima menit. Mungkin waktu lima menit itu baru keluar dari kantor dan belum ngantri di tempat wudhu.

Bila dikatakan bahwa kita harus bersiap-siap sebelum adzan dikumandangkan, itu hal baik, namun bukan kewajiban. Ayat 9 itu jelas menunjukkan meninggalkan pekerjaan itu saat adzan berkumandang.

Alhamdu lillah, ijtihad sohabat 'Utsman bin 'Affan r.a. dengan dua adzan adalah solusi pelaksanaan masalah ini, sehingga orang tidak tertinggal khuthbah jum'ah. Ijtihad ini bisa dipahami sebagai pelaksanaan antisipasi dari peringatan pada ayat 11-nya.

Kedua, rekreasi atau bermain sedemikian mewabah dalam kebudayaan masyarakat kita. kebiasaan "weekend" sudah menjadi bagian tak terpisahkan. Pada saat libur weekend, orang bepergian jauh, berekreasi, bermain dan berkumpul acara keluarga. Mengapa ? karena weekend itu adalah hari libur.

Bila libur jatuh hari jum'at, maka umat Muhammad s.a.w. berada dalam kondisi safar (bepergian jauh). Dengan kondisi safar itu, maka umat Muammad s.a.w. saat hari jum'at mendapatkan keringanan tidak wajib melaksanakan shalat jum'at. Bisa dibayangkan bahwa setiap minggu ada banyak orang (bisa jadi suatu ketika mayoritas) umat Muhammad s.a.w. tidak shalat jum'at dan tidak berdosa karena itu.

Dengan demikian, kebijakan libur hari jum'at bukan mendukung pelaksanaan shalat jum'at, malah bisa jadi mendukung meninggalkan shalat jum'at, karena menjadi waktu berpergian jauh untuk rekreasi, bermain dan acara-acara lain.

Di sini, kita pahami tepatnya para 'ulama yang tidak berjuang menjadikan jum'at sebagai hari libur. Biarlah hari libur tetap hari sabtu dan hari minggu. Tidak membuat jum'at sebagai hari libur bisa dipandang sebagai pelaksanana antisipasi dari peringatan pada ayat 11-nya.

Wallohu a'lam
M.Y. Kalam ~ Serbawacana
~ Weekends do not count unless you spend them doing something completely pointless ~ Bill Watterson

Kamis, 15 April 2010

Budaya pengkultusan kuburan

Oleh: al-Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A. Hafizhahullah

Segala puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat dan salam buat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah memperjelas tauhid dengan segala sendi dan cabang-cabangnya serta pembatalnya.

Pada kesempatan kali ini kita ingin membahas tentang penyebab dominan timbulnya kesyirikan di tengah-tengah umat manusia. Di antaranya yaitu pengkultusan terhadap kuburan nenek moyang dan orang sholih dan yang di anggap sholih. Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika menafsirkan firman Allah azza wa jalla:

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

“Dan mereka (-kaum nabi Nuh ‘alayhish shålatu was salaam-) berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwwa’, Yoghuts, Ya’uq dan Nasr’.”

[QS.Nuh/71:23]

“Ini adalah nama orang-orang sholih dari kaum nabi Nuh ‘alaihis salam. Tatkala mereka meninggal, setan mewahyukan kepada kaum mereka untuk membuat patung di tempat-tempat duduk mereka. Lalu mereka menamai patung-patung tersebut sesuai dengan nama-nama mereka. Pada awalnya patung-patung itu masih belum disembah, sampai ketika mereka (orang-orang yang membuatnya) meninggal dan disertai dengan terhapusnya ilmu, lalu kaum yang datang kemudian menyembahnya.”

[Atsar Riwayat Bukhåriy]1

Sebab-sebab dikultuskannya kuburan

Diantara sebab yang membawa kaum yang kita sebutkan di atas kepada pengkultusan kuburan:

1. Meninggikan kuburan lebih dari satu jengkal

Sebagian kaum muslimin meninggikan kubur melebihi dair hal yang dibolehkan agama. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka belum memahami tuntunan agama atau karena ada unsur lain seperti ingin menunjukkan bahwa orang tersebut seorang yang mulia.

Dari Abu Hayyaaj al-Asady, ia berkata:

Berkata kepadaku Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu:

‘Maukah engkau aku utus untuk melakukan sesuatu yang aku juga diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukannya? Jangan engkau tinggalkan sebuah patung melainkan engkau hancurkan. Dan tidak pula kuburan yang ditinggikan kecuali engkau datarkan’

[HR.Muslim]

Dari Tsumamah bin Syufai, ia berkata:

Aku pernah bersama Fudholah bin Ubaid di negeri Romawi ‘Barudis’. Lalu meninggal salah seorang teman kami. Maka Fudholah menyuruh untuk mendatarkan kuburannya.

Kemudian ia (Fudhålah) berkata:

‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh untuk mendatarkannya’.

[HR.Muslim]

2. Menembok dan mencat kuburan

Di antara kebiasan buruk yang bisa membawa kepada sikap pengkultusan kuburan adalah menembok dan mencat kuburan. Di samping hal tersebut diharamkan dalam agama, termasuk pula membuang harta kepada sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dan yang lebih ditakutkan adalah akan terfitnahnya orang awam dengan kuburan tersebut. Sehingga mereka menganggap kuburan tersebut memiliki berkah dan sakti.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang dengan tegas menembok dan mencat kuburan dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahu ‘anhu.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu ia berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mencat kubur, duduk diatasnya dan membangun di atasnnya.”

[HR.Muslim]

Yang dimaksud dengan membangun dalam hadits tersebut adalah umum, sekalipun hanya berbentuk tembok saja. Apalagi membuatkan rumah untuk kuburan dengan biaya banyak sebagaimana telah dilakukan sebagian orang-orang yang jahil.

Berkata Imam asy-Syafi’i rahimahullah:

“Aku melihat para ulama di Makkah menyuruh menghancurkan apa yang dibangun tersebut.”2

Al-Manawy berkata:

“Kebanyakan ulama Syafi’iyyah berfatwa tentang wajibnya menghancurkan3 segala bangunan di Qorofah (tanah pekuburan) sekali pun kubah Imam kita sendiri Syafi’i yang dibangun oleh sebagian penguasa.”4

3. Membangun rumah untuk kuburan.

Sebagian orang ada pula yang mambangunkan rumah untuk kuburan. Bahkan kadang kala biayanya cukup besar. Ini adalah salah satu bentuk penyia-nyiaan dalam penggunaan harta. Mungkin orang yang melakukan hal tersebut berasumsi bahwa si mayat mendapat naungan dan nyaman dalam kuburnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat memberikan kenyamanan dalam kubur kecuali amalan sendiri, walau seindah apa pun kuburan seseorang tersebut.

Ibnu Umar melihat sebuah tenda di atas kubur Abdurrahman. Maka ia berkata:

‘Bukalah tenda tersebut wahai Ghulam (anak muda), maka sesungguhnya yang melindunginya hanyalah amalannya’.”5

4. Duduk dan makan di kuburan.

Bentuk lain yang merupakan jalan membawa kepada pengkultusan kuburan adalah kebiasaan sebagian orang mendatangi kuburan pada momen-momen tertentu. Seperti mau masuk bulan suci Ramadhan, Lebaran atau masa setelah panen. Mereka berbondong-bondong ke kuburan dengan membawa tikar dan makanan. Lalu sesampai di kuburan membentangkan tikar dan duduk bersama-sama. Dilanjutkan dengan rangkaian acara tahlilan dan do’a setelah itu ditutup acara makan bersama. Jika hal tersebut kita timbang dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sungguh sangat bertolak belakang sama sekali.

Jangankan untuk tahlilan dan makan bersama, duduk saja tidak diperbolehkan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini (yang artinya):

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

‘Sungguh salah seorang kalian duduk di atas bara api lalu membakar baju sehingga tembus ke kulitnya lebih baik daripada ia duduk di atas kuburan’.

[HR.Muslim]

Kiranya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas amat jelas bagi orang yang hatinya mau menerima nasihat. Adapun orang yang mata hatinya sudah tertutup oleh Allah azza wa jalla dari menerima petunjuk, niscaya ia akan berupaya mencari-cari alasan untuk menolaknya.

5. Membaca al-Qur’an di kuburan

Sebagian orang ada yang berpandangan adanya keutamaan membaca al Qur’an ketika berziarah kubur seperti membaca Qs.al-Fatihah (1), QS.al-Ikhlas (114) atau QS.Yaasiin (36), dan yang lain-lain. Bahkan ada yang menyewa orang lain khusus untuk membaca dan mengkhatamkan al Qur’an di kuburan keluarganya pada hari-hari tertentu. Hal tersebut tidak pernah dianjurkan dalam agama ini.

Yang dianjurkan ketika berziarah kubur hanyalah membaca do’a ziarah kubur. Berbeda dengan orang yang suka melakukan hal-hal yang baik menurut pikiran dan perkiraan mereka semata. Tetapi tidak baik menurut Allah azza wa jalla karena hal tersebut merupakan perkara ibadah yang tidak ada dasarnya sama sekali dalam agama. Kalau seandainya hal tersebut baik, pastilah Allah azza wa jalla memerintahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat untuk melakukannya. Apakah kita lebih tahu dari Allah azza wa jalla tentang hal yang baik?!

قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ

“Katakanlah apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah.”

[QS.al Baqarah/2:140]

Adapun hadits-hadits yang dijadikan pegangan oleh sebagian orang dalam hal ini seperti hadits:

“Barangsiapa yang mendatangi kuburan lalu membaca surat Yasin, niscaya Allah akan meringankan adzab terhadap mereka pada waktu dan akan menjadikan dengan bilangan hurufnya kebaikan.”6

Ketahuilah bahwa ini adalah hadits Maudhu’ (palsu).

Demikian pula hadits:

“Barangsiapa yang melewati kuburan maka ia membaca surat al Ikhlas sebelas kali…”7

6. Shalat dan berdo’a di kuburannya

Keyakinan lainnya yang amat aneh adalah pendapat yang mengatakan bahwa shalat dan berdo’a dikuburan jauh lebih baik daripada di masjid, bahkan berasumsi lebih cepat dikabulkan. Yang lebih celaka lagi adalah meminta kepada si penghuni kubur. Ini sudah merupakan kesyirikan yang serupa dan telah diperbuat oleh umat jahiliyyah dahulu.

Jangankan untuk shalat di kuburan, shalat mengarah ke kuburan saja sudahharam hukumnya. Maksudnya, syari’at Islam tidak membolehkan sholat di tempat yang pada arah kiblatnya terdapat kuburan, lebih-lebih shalat di tempat yang sekelilingnya kuburan. Di antara perbuatan dalam shalat adalah duduk, maka duduk pun dilarang di kuburan. Maksudnya di tempat tanah pekuburan, meskipun tidak persis di atas kuburan. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (yang artinya):

“Dari Abu Martsid al-Ghanawy radhiyallahu ‘anhu berkata:

Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

‘Janganlah kamu duduk di atas kuburan dan jangan pula shalat menghadapnya’.

[HR.Muslim]

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

“Setan memiliki cara yang amat halus dalam menyesatkan manusia. Pertama ia mengajak untuk berdoa di kuburan. Maka orang tersebut berdoa dengan khusyuk dan tunduk sepenuh hati serta merasa lemah tidak berdaya. Maka Allah mengabulkan permintaannya lantaran apa yang terdapat dalam hatinya bukan karena kuburan. Seandainya dia berdoa seperti itu ditempat-tempat yang kotor sekalipun tentu Allah akan mengabulkan doanya. Lalu orang bodoh mengira bahwa itu adalah karena kuburan.

Ketahuilah Allah azza wa jalla mengabulkan doa orang yang dalam kesulitan sekalipun orang kafir. Dan bukanlah setiap orang yang dikabulkan doanya berarti ia diridhoi dan dicintai Allah azza wa jalla atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah azza wa jalla mengabulkan doa orang yang baik dan orang yang berdosa, orang mukmin dan orang kafir. Sebagian manusia berdoa dengan hal yang melampaui batas dan sesuatu yang dilarang, namun hal tersebut terkabul, maka ia mengira bahwa perbuatannya tersebut baik. 8

Tatkala setan berhasil mempengaruhi manusia dengan berasumsi bahwa berdoa di kuburan lebih baik daripada berdoa di kuburan di masjid dan dirumahnya. Setan memindahkannya kepada tingkat yang berikutnya yaitu bertawassul dengan orang mati, hal ini lebih berbahaya daripada hal yang sebelumnya.9

Tatkala setan berhasil pula mempengaruhi manusia bahwa bertawassul dengan orang mati lebih cepat terkabulkan permintaannya.

Setelah itu, setan memindahkannya pada tingkat berikutnya, yaitu meminta kepada orang mati itu sendiri.

Kemudian menjadikan kuburannya sebagai sesembahan dan tempat yang meminta. Lalu dinyalakan lampu disekelilingnya dan diberi kelambu, kemudian dilanjutkan membangun masjid diatasnya. Lalu sholawat, thowaf, menciumnya serta berhaji dan menyembelih hewan di sisinya.

Kemudian berlanjut lagi pada tingkat berikutnya yaitu dengan mengajak manusia untuk menyembahnya dan menjadikan sebagai tempat perayaan dan manasik. Mereka meyakini bahwa hal itu lebih bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka.”10

7. Membangun masjid dekat kuburan atau mengubur mayat di pekarangan masjid

Sebagian orang telah terjerumus ke dalam kebiasaan Ahli Kitab, mereka membangun masjid dekat kuburan orang-orang yang mereka anggap sholih. Atau menguburkannya di pekarangan masjid. Padahal larangan terhadap perkara tersebut dengan tegas telah dijelaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (yang artinya):

Dari Jundub ia berkata:

Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda lima hari sebelum beliau wafat:

‘Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid. Ketahuilah! Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari hal itu’.

[HR.Muslim]

Dalam sabda beliau yang lain (yang artinya):

Dari Aisyah bahwa Ummu Salamah menyebutkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah gereja yang ia lihat di negeri Habasyah, yang diberi nama gereja Maria. Ia menceritakan bahwa ia melihat lukisan di dalamnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‘Mereka adalah kaum yang bila meninggal seorang yang sholih di kalangan mereka, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan membuat lukisan-lukisan tersebut di dalamnya. Mereka adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah’.”

[HR.Bukhari dan Muslim]

Dari kedua hadits diatas sangat jelas menegaskan tentang haramnya membangun masjid di atas tanah pekuburan. Barangsiapa melakukannya maka ia telah melanggar larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Jundub radhiyallahu ‘anhu.

Orang yang melakukannya adalah makhluk yang paling jelek disisi Allah azza wa jalla sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang yang membangun masjid di atas tanah kuburan. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu saat detik-detik terakhir dari kehidupan beliau (yang artinya):

Dari Aisyah dan Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum, keduanya berkata:

‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semakin merasakan sakit, beliau menutup mukanya dengan bajunya. Apabila sakitnya agak berkurang beliau membuka mukanya. Dalam kondisi seperti itu beliau bersabda:

‘Laknat Allah lah di atas orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid’.

[HR.Bukhari dan Muslim]

Hadits ini menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan terhadap apa yang mereka perbuat. Di antara hikmahnya kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan hal tersebut saat beliau akan wafat ialah agar umat ini jangan meniru apa yang dilakukan orang Yahudi dan Nasrani tersebut. Kuburan para nabi saja tidak boleh dijadikan masjid, apalagi kuburan selainnya!!

Dalam riwayat lain Aisyah radhiyallahu ‘anha menyebutkan (yang artinya):

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam waktu sakit yang beliau yang wafat padanya:

‘Allah melaknat orang Yahudi dan Nasrani karena menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. Berkata Aisyah radhiyallahu ‘anha, kalau bukan karena itu tentulah mereka (para sahabat) menjadikan di tempat kuburannya, melainkan aku takut akan dijadikan masjid’.

[HR.Bukhari]

Hadits ini adalah diantara hadits-hadits yang terakhir yang diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hidup beliau. Jadi tidak ada alasan bagi orang yang suka berkelit bahwa hadits tersebut mansukh. Kemudian Aisyah radhiyallahu ‘anha menyebutkan di antara hikmah dikuburnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam rumah beliau yaitu agar orang tidak mengkultuskan kuburan beliau.

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:

“Sesungguhnya larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan kuburannya dan kuburannya lainnya sebagai masjid karena khawatir timbulnya fitnah. Karena hal tersebut bisa membawa kepada kekufuran sebagaimana telah terjadi pada kebanyakan umat-umat yang lalu’.”11

8. Bertawasul dan beristighotsah dengan orang yang sudah mati

Ketika sebagian kaum muslimin tidak mengindahkan berbagai nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah dijelaskan di atas, lalu setan menjerumuskan mereka kepada hal-hal yang membawa kepada kesyirikan. Sehingga sebagian orang yang telah memaknai lain terhadap kuburan. Mereka menjadikan kuburan sebagai mediator untuk berdoa, mereka bertawassul dan beristighotsah dengan orang mati.

Pada hakikatnya bertawassul itu terbagi kepada beberapa bentuk. Ada yang diperbolehkan dan ada pula yang terlarang.

Yang dibolehkan adalah

- bertawassul dengan nama dan sifat-sifat Allah azza wa jalla,
- bertawassul dengan amal sholih
- dan bertawassul dengan doa orang yang sholih yang hidup lagi hadir.

Yang terlarang adalah

- bertawassul dengan dzat dan Jaah (kedudukan) orang sholih,
- bertawassul dengan orang sholih yang hidup tetapi tidak hadir
- dan bertawassul dengan orang yang sudah mati.

Sebagian orang yang memahami dan mengira bahwa kehidupan para Nabi, orang yang mati syahid dan orang-orang sholih di alam Barzakh sama seperti kehidupan mereka di alam dunia. Mereka mengira bahwa Nabi atau orang sholih tersebut dapat mendengar doa mereka. Sehingga ketika mereka ditimpa masalah, mereka mendatangi kuburan para wali dengan maksud agar dibantu mencarikan jalan keluar dari kesulitan yang sedang mereka hadapi. Ada yang meminta jodoh, pekerjaan, dimudakan usahanya, disembuhkan penyakitnya dan seterusnya.

Jangankan setelah kematian para wali tersebut, sewaktu hidupnya saja para wali tersebut tidak mampu memenuhi permintaan mereka. Jika minta kekayaan kepada mereka, sewaktu hidupnya saja walinya mengumpulkan sedekah dari murid-muridnya. Jika minta disembuhkan dari penyakit, wali itu sendiri tidak mampu menyembuhkan penyakitnya sampai dirinya meninggal.

Kenapa kita tidak secara langsung meminta kepada Allah Yang Maha Pengasih, Maha Pemurah, Maha Kaya lagi Maha dekat dan Maha sempurna dalam segala sifat-sifatnya yang mulia. Sedangkan selain Allah azza wa jalla adalah makhluk yang memiliki kekurangan dan kelemahan dalam berbagai segi. Ia tidak dapat mendengar dari jarak jauh, apalagi setelah mati. Jika ia memiliki sesuatu untuk diberikan kepada orang lain, maka sungguh amat terbatas kualitas dan kuantitasnya. Adapun Allah Yang Maha Kaya mampu memberi segala apa yang diminta oleh hamba-Nya dan berapapun jumlahnya.

Kehidupan para Nabi dan Syuhada’ di alam barzakh adalah kehidupan yang amat jauh berbeda dengan kehidupan dunia. Tidak ada yang mengetahui kondisi dan hakikatnya. Maka tidak boleh meng-qiaskan antara kehidupan alam barzakh dengan kehidupan alam dunia ini.

Sebagaimana firman Allah azza wa jalla:

وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ

“Dan akan tetapi kalian tidak menyadarinya.”

[QS.al-Baqarah/2:154]

Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa kalian tidakah mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya melalui panca indra. Karena hanya Allah azza wa jall yang mengetahui hakikat kehidupan mereka para syuhada’ tersebut.

Tidak pernah kita temukan pada kehidupan para sahabat bahwa mereka bertawassul dan beristighotsah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apalagi dengan para sahabat yang telah meninggal. Sekalipun di antara mereka yang meninggal tersebut ada yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula jika kita melihat doa-doa mustajab yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sahabat beliau radhiyallahu ‘anhuma, tidak ada satupun dijumpai yang berkonteks tawassul dan beristighotsah dengan orang mati.

Jangankan untuk mengetahui kebutuhan orang lain, kelanjutan dari perjalanan hidup mereka sendiri setelah mati dan kapan dibangkitkan saja mereka tidak tahu. Sebagaimana firman Allah azza wa jalla:

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ . أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ ۖ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Dan orang-orang yang mereka seru selain Allah, tidak menciptakan sesuatu apapun , sedangkan mereka sendiri diciptakan! Orang-orang mati tidak hidup, dan mereka tidak mengetahui bilakah mereka akan dibangkitkan.”

[QS.an-Nahl/16:20-21]

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghoib kecuali Allah, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.”

[QS.an-Naml/27:65]

Adapun dalil-dalil yang menyebutkan tentang si mayat dapat mendengar langkah orang yang mengantarkannya ke kubur tidak lah menunjukkan bahwa ia mendengar selama-lamanya. Namun pada hanya saat itu saja dan yang dapat ia dengar hanyalah suara langkah saja tidak semua apa yang ada di atas dunia. Kalau tidak demikian tentu mereka juga tersiksa dengan suara petir, hujan, angin kencang, suara binatang dan serangga yang ada di sekitar kuburnya serta segala hal yang memekakkan di dunia ini.

Wallahu A’lam.

Sumber: Al Qiyamah – Moslem Weblog, yang diketik ulang (dgn segala kekurangannya terutama tidak adanya teks dalam bahasa arab) dari Majalah AL FURQON Edisi Khusus 7 Th.ke-9 1430/2009 hal.42-46

Semoga bermanfaat bagi kami dan kaum muslimin..

Catatan Kaki:

  1. Lihat AR.al-Bukhari: 4/1873 (4636)
  2. Dinukil Imam an-Nawawi dalam Syarah Muslim: 7/27
  3. Tentunya yang menghancurkan disini bukanlah sembarang orang, tapi pemerintah kaum muslimin, yang memiliki kekuasaan untuk melakukannya. Dan hal ini pula yang dikatakan oleh al-Imam asy-Syafi’iy Råhimahullåh:

    Aku telah menyaksikan pemerintah menghancurkan bangunan yang dibangun di atas kuburan dan perbuatan tersebut tidak dicela para fuqaha ketika itu.

    (Lihat Al-Umm)

  4. Lihat Faidhul Qodir: 6/309
  5. Lihat HR.Bukhari: 1/457
  6. Lihat as Silsilah adh Dho’ifah: 3/397 (1246)
  7. Lihat as Silsilah adh Dho’ifah: 3/452 (1290)
  8. Lihat Ighatsatullahfaan: 1/215
  9. Lihat Ighatsatullahfaan: 1/216
  10. Lihat Ighatsatullahfaan: 1/217
  11. Lihat Syarah an-Nawawi: 5/13

Artikel Terkait:

  1. Kumpulan fatwa ‘ulama ahlus-sunnah tentang kuburan

Minggu, 11 April 2010

KEUTAMAAN HARI JUM'AT

Segala puji bagi Allah Rab semesta alam, shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah beserta para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan risalah yang dibawanya hingga akhir zaman..

Wahai kaum muslimin ....Allah l telah menganugerahkan bermacam-macam keistimewaan dan keutamaan kepada umat ini. Diantara keistimewaan itu adalah hari Jum'at, setelah kaum Yahudi dan Nasrani dipalingkan darinya.
Abu Hurairah zmeriwayatkan, Rasulullah bersabda:

"Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jum'at sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jum'at, Sabtu dan Ahad. Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk". (HR. Muslim)

Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: "Hari ini dinamakan Jum'at, karena artinya merupakan turunan dari kata al-jam'u yang berarti perkumpulan, karena umat Islam berkumpul pada hari itu setiap pekan di balai-balai pertemuan yang luas. Allah l memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin berkumpul untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah l berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (QS. 62:9)

Maksudnya, pergilah untuk melaksanakan shalat Jum'at dengan penuh ketenangan, konsentrasi dan sepenuh hasrat, bukan berjalan dengan cepat-cepat, karena berjalan dengan cepat untuk shalat itu dilarang. Al-Hasan Al-Bashri berkata: Demi Allah, sungguh maksudnya bukanlah berjalan kaki dengan cepat, karena hal itu jelas terlarang. Tapi yang diperintahkan adalah berjalan dengan penuh kekhusyukan dan sepenuh hasrat dalam hati. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir : 4/385-386).

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata: Hari Jum'at adalah hari ibadah. Hari ini dibandingkan dengan hari-hari lainnya dalam sepekan, laksana bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Waktu mustajab pada hari Jum'at seperti waktu mustajab pada malam lailatul qodar di bulan Ramadhan. (Zadul Ma'ad: 1/398).

KEUTAMAAN HARI JUM'AT

1. Hari Terbaik

Abu Hurairah z meriwayatkan bahwa Rasulullah y bersabada: "Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surga serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum'at

2. Terdapat Waktu Mustajab untuk Berdo'a.

Abu Hurairah z berkata Rasulullah y bersabda: " Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya. Rasululllah y mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu (H. Muttafaqun Alaih)

Ibnu Qayyim Al Jauziah - setelah menjabarkan perbedaan pendapat tentang kapan waktu itu - mengatakan: "Diantara sekian banyak pendapat ada dua yang paling kuat, sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadits yang sahih, pertama saat duduknya khatib sampai selesainya shalat. Kedua, sesudah Ashar, dan ini adalah pendapat yang terkuat dari dua pendapat tadi (Zadul Ma'ad Jilid I/389-390).

3. Sedekah pada hari itu lebih utama dibanding sedekah pada hari-hari lainnya.

Ibnu Qayyim berkata: "Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya". Hadits dari Ka'ab z menjelaskan: "Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya".(Mauquf Shahih)

4. Hari tatkala Allah l menampakkan diri kepada hamba-Nya yang beriman di Surga.

Sahabat Anas bin Malik z dalam mengomentari ayat: "Dan Kami memiliki pertambahannya" (QS.50:35) mengatakan: "Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum'at".

5. Hari besar yang berulang setiap pekan.

Ibnu Abbas z berkata : Rasulullah y bersabda:
"Hari ini adalah hari besar yang Allah tetapkan bagi ummat Islam, maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum'at hendaklah mandi terlebih dahulu ......". (HR. Ibnu Majah)

6. Hari dihapuskannya dosa-dosa

Salman Al Farisi z berkata : Rasulullah y bersabda: "Siapa yang mandi pada hari Jum'at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum'at". (HR. Bukhari).

7. Orang yang berjalan untuk shalat Jum'at akan mendapat pahala untuk tiap langkahnya, setara dengan pahala ibadah satu tahun shalat dan puasa.

Aus bin Aus z berkata: Rasulullah y bersabda: "Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah". (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah).

8. Wafat pada malam hari Jum'at atau siangnya adalah tanda husnul khatimah, yaitu dibebaskan dari fitnah (azab) kubur.

Diriwayatkan oleh Ibnu Amru , bahwa Rasulullah y bersabda:"Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).

Rabu, 07 April 2010

KITAB TAUHID

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala. Kita memuji, memohan pertolongan dan meminta ampun kepadaNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wata’ala maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan RasulNya.

kitab TAUHID oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi

mari kita koreksi tauhid kita sudah benarkah tauhid kita...?


Daftar Isi



Sumber : http://adealam.wordpress.com/2010/01/05/kitab-tauhid/

Daftar Istilah dalam Kitab ini

‘Adh-h = ‘Idhah : Sihir, dusta, tindakan mengadu domba, menghasut dan memfitnah.

‘Adhih (ism fa’il) : Tukang sihir.

‘Adwa : Penjangkitan atau penularan penyakit.

‘Ain : Pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang melalui matanya, kena mata.

‘Alaihissalam : Semoga salam sejahtera senantiasa dilimpahkan (Allah) kepadanya.

Allah akbar : Allah Maha besar.

Atsar : ada dua pengertian :

  1. Hadits

  2. Perkataan atau perbuatan yang dinisbatkan kepada sahabat atau tabi’in.


‘Azimah : Lihat ruqyah.

‘Azza wa Jalla : Maha Mulia dan Maha Agung.

Barzakh : Alam ghaib setelah manusia meninggal dunia sampai hari kiamat, atau alam kubur.

Dinar : Nama satuan uang, pada zaman Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam yang terbuat dari emas.

Dirham : Nama satuan uang, pada zaman Rasaulullah Shallallahu’alaihi wasallam yang lebih kecil nilainya daripada dinar, yang terbuat dari perak.

Fai’ : Harta yang diperoleh kaum muslimin dari musuh tanpa melalui peperangan, karena ditinggal lari oleh pemiliknya.

Fa’l : Perasaan optimis, harapan bernasib baik dan sukses.

Ghanimah : Harta yang diambil alih oleh kaum muslimin dari musuh mereka ketika dalam peperangan, rampasan perang.

Ghaul : Hantu (gendruwo), salah satu jenis jin.

Hadits : Tuntunan dan tradisi yang diajarkan Rasalullah Shallallahu’alaihi wasallam melalui sabda, sikap, perbuatan dan persetujuan beliau, sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, sikap, atau persetujuan.

Hamah : Burung hantu.

Hasan : Hadits yang tingkatannya di bawah hadits shoheh, karena daya hafal atau kecermatan dan ketelitian orang yang meriwayatkannya masih kurang, tetapi bila banyak atau ada berbagai jalan dalam meriwayatkannya maka hadits tersebut meningkat menjadi shoheh.

Ibadah : Penghambaan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan mentaati segala perintahNya, dan menjauhi segala laranganNya, sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah, disertai dengan penuh rasa kerendahan hati dan penuh rasa cinta.

Iman : Ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah.

Isnad : Silsilah orang-orang yang meriwayatkan hadits dari Rasulullah.

Istinja’ : Bersuci atau membersihkan diri setelah buang hajat kecil atau besar.

Iyafah : Meramal nasib baik dengan menerbangkan burung, apabila terbang ke arah kanan berarti ada alamat baik. Sedang bedanya dengan thiyarah adalah kalau thiyarah itu meramal nasib buruk, atau merasa bernasib sial dengan melihat burung, hewan atau lainnya.

Jahiliyah : Kebodohan, yaitu suatu zaman yang ciri utamanya ialah mengagungkan selain Allah dengan disembah, dipuja, dipatuhi dan ditaati. Ciri lainnya kebobrokan mental dan kerusakan akhlak, seperti zaman sebelum Islam.

Ja’iz : Mubah, tidak dilarang dan tidak pula dianjurkan.

Jayyid : Suatu tingkatan sanad di atas hasan.

Jibt : Sihir, sebutan yang bisa digunakan untuk sihir, tukang sihir, tukang ramal, dukun, berhala dan yang sejenisnya.

Jizyah : Semacam pajak yang dipungut dari orang-orang non muslim yang mampu lagi dewasa, sebagai ganti daripada zakat yang dipungut dari orang-orang Islam, atas segala perlindungan dan ketentraman yang diberikan oleh kaum muslimin.

Al Khalil : Kekasih mulia, tingkatannya lebih tinggi daripada habib (kekasih).

Khamilah : Pakaian yang berbulu atau berbeludru, pakaian tersebut terbuat dari wool.

Khamisah : Pakaian yang terbuat dari dari wool atau sutera dengan sulaman yang indah lagi menarik.

Kunyah (baca : kun-yah) : Nama panggilan untuk kehormatan, seperti : Abu al–Abbas, Abu Abdillah, Abu Ahmad, dll. Biasanya diambil dari nama anak yang pertama.

Makruh : Sesuatu yang apabila dikerjakan kurang baik, tetapi apabila ditinggalkan akan mendapat pahala.

Marfu’ : Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah, sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam baik itu berupa ucapan, perbuatan, sikap atau persetujuan, meskipun yang menisbatkan itu seorang sahabat atau tabi’in.

Mauquf : Sesuatu yang dinisbatkan kepada seorang sahabat, baik itu berupa ucapan, perbuatan atau persetujuan, perkataan yang diucapkan seorang sahabat atau perbuatan yang dilakukannya atau persetujuannya terhadap apa yang dilakukan seorang tabi’in.

Mufti : Orang yang memberikan fatwa atau petunjuk atas suatu masalah.

Nadzar : Ungkapan seseorang dengan ucapan bahwa ia akan melakukan sesuatu untuk Alloh jika tercapainya sesuatu baginya

Nau’ : Bintang, arti asalnya : tenggelamnya atau terbitnya suatu bintang.

Nusyrah : Tindakan untuk menyembuhkan atau mengobati orang yang terkena sihir dengan mantera atau jampi.

Qadha = qadar : Ketetapan ilahi, artinya bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini diketahui, dicatat, dikehendaki dan diciptakan oleh Allah.

Qunut : Membaca doa dalam shalat, dilakukan sebelum ruku’ atau sesudahnya pada rakaat terakhir, terutama pada waktu nazilah (dalam keadaan ada bahaya).

Radhiyallahu ‘anhu; ‘anha; ‘anhuma : Semoga Allah senantiasa melimpahkan keridhaan kepadanya (laki-laki, wanita, mereka berdua).

Risywah : Sogokan, uang semir, uang pelicin.

Riya’ : Melakukan suatu amal dengan cara tertentu supaya diperhatikan orang lain dan dipujinya, contohnya : seseorang melakukan shalat, lalu memperindah shalatnya ketika dia mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya.

Ruqyah : Usaha penyembuhan suatu penyakit dengan pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, doa-doa, atau mantera-mantera.

Sakrat al maut : Rasa pedih dan sakit yang dirasakan seseorang ketika dicabut nyawanya, sekarat.

Sanad : Lihat Isnad.

Shafar : Bulan kedua dalam tahun hijriyah, yaitu bulan sesudah bulan bulan muharram.

Shahih : Hadits yang diriwayatkan secara bersinambung oleh orang-orang yang terpercaya (prilaku, daya hafal dan kecermatannya) mulai dari awal sanad sampai yang terakhir, bebas dari suatu keganjilan atau sebab yang menjadikan hadits tersebut lemah.

Shallallahu ‘alaihi wasallam : Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam sejahtera kepada beliau.

Subhanahu wa ta’ala : Maha suci Allah dan Maha tinggi.

Subhanallah : Maha suci Allah.

Syahadat : persaksian dengan hati dan lisan bahwa “Tiada sembahan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntunannya, baik zhahir maupun batin.

Syafaat : Perantaraan, yaitu perantaraan yang akan dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam kepada Allah, dan hal itu dengan seizinNya, untuk meringankan beban umat manusia ketika di padang mahsyar (pada hari kiamat) dan inilah yang dinamakan syafaat al kubra (terbesar) atau disebut juga al Maqam al mahmud, untuk memasukkan ke dalam surga bagi mereka yang berhak mendapatkan surga, untuk tidak memasukkan ke neraka bagi ahli tauhid dari umatnya yang berdosa yang semestinya masuk neraka, untuk mengeluarkan dari neraka orang orang ahli tauhid yang berdosa yang sudah masuk neraka, untuk menambahkan pahala dan meningkatkan derajat bagi orang-orang penghuni surga, dan perantaraan kepada Allah untuk meringankan siksa bagi sebagian orang kafir dan ini khusus untuk paman beliau Abu Thalib.

Ta’ala : Maha Tinggi.

Ta’awwudz : Meminta perlindungan kepada Allah engan mengucapkan A’udzu billah min …” (aku berlindung kepada Allah dari …)

Tahmid : Memuji Allah ta’ala dengan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji hanya milik Allah).

Tahrif : Menyelewengkan suatu nash dari Al Qur’an atau Hadits dengan merubah lafazhnya atau membelokkan maknanya dari makna yang sebenarnya.

Takbir : Mengagungkan Allah dengan mengatakan “Allah Akbar” (Allah Maha besar).

Takyif : Mempertanyakan bagaimana sifat Allah itu, atau menentukan bahwa hakekat sifat Allah itu begini atau begitu.

Tamimah : Sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan dari rasa dengki seseorang, dsb. Dan termasuk dalam hal ini apa yang dinamakan dengan haikal.

Tamtsil : Menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhlukNya.

Tathayyur : Berfirasat buruk, merasa bernasib sial, atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang lain, atau apa saja.

Ta’thil : Mengingkari seluruh atau sebagian sifat-sifat Allah. Sedang perbedaannya dengan tahrif, bahwa ta’thil tidak mengakui makna sebenarnya yang terkandung oleh suatu nash dari Al Qur’an atau Al Hadits. Adapun tahrif ialah merobah lafadznya atau memberikan tafsiran yang menyimpang dari makna sebenarnya yang dikandung oleh nash tersebut. Lihat tahrif.

Ta’wil : Ada tiga pengertian :

  1. hakekat atau kenyataan yang sebenarnya dari sesuatu perkataan atau berita. Seperti kata kata ta’wil yang tersebut dalam Al Qur’an 7 : 3, 53 : 7, 39 : 10, dan sebagainya.

  2. penafsiran, seperti kata kata para ahli tafsir : “ta’wil dari firman Allah …”, artinya : penafsiran dari firman Allah

  3. penyimpangan suatu kata dari makna yang sebenarnya ke makna yang lain. Dan inilah yang dimaksud dengan ta’wil yang sering disebutkan dalam pembahasan teologis.


Tiwalah : Guna-guna, sesuatu yang dibuat untuk supaya suami mencintai isterinya atau sebaliknya.

Thaghut : Setiap sesuatu yang diagungkan selain Allah dengan disembah, atau ditaati, atau dipatuhi, baik yang diagungkan itu batu, manusia, atau syetan.

Tharq : Meramal dengan membuat garis di atas tanah. Caranya antara lain, seperti yang dilakukan orang-orang Jahiliyah, yaitu : dengan membuat garis-garis yang banyak secara acak (sembarangan), lalu dihapus dua-dua, apabila yang tersisa dua garis itu tandanya akan sukses atau bernasib baik, tetapi apabila tinggal satu garis saja itu tandanya akan gagal atau bernasib sial.

Ulama : Ilmuwan, secara khusus : orang ahli dalam bidang agama Islam.

Umara’ : Pemimpin, penguasa.

Wada’ah : Sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai rumah kerang, menurut anggapan orang-orang Jahiliyah bisa digunakan sebagai penangkal penyakit.