Jumat, 21 Agustus 2009

Kalau Untuk Berbuat Maksiat, Aku Tidak Akan Patuh!

Abu Idris al-Awdy berkata, “Ada dua orang Ahli Ibadah dari kalangan Bani Israil. Rupanya masing-masing dari mereka memendam rasa cinta terhadap seorang budak wanita yang berparas cantik. Satu sama lain tidak ada yang tahu mengenai isi hati masing-masing terhadap wanita tersebut.

Suatu ketika, pernah masing-masing bersembunyi di balik sebuah pohon untuk mengintip wanita itu namun kemudian masing-masing saling memergoki hingga akhirnya saling mengungkapkan uneg-uneg dan berterus-terang. Keduanya kemudian bersepakat untuk merayunya dan tatkala wanita itu sudah mendekati mereka berdua, keduanya berkata kepadanya,
‘Kiranya engkau sudah tahu kedudukan kami di tengah Bani Israil. Sesungguhnya, bila engkau tidak mau melakukan ‘affair’ dengan kami, kami akan katakan di pagi hari bahwa kami mendapati seorang laki-laki bersamamu yang lolos dari kejaran kami dan kami akan menghukum kalian.’

Wanita itu menjawab, ‘Aku tidak akan patuh pada ajakan kalian untuk berbuat maksiat kepada Allah.!!”

Akhirnya kedua orang itu memegangnya lantas berkata, ‘Sungguh, kami telah mendapati seorang laki-laki bersamanya yang lolos dari incaran kami.’

Lalu datanglah salah seorang Nabi Bani Israil, lalu mereka menyediakan kursi untuknya dan dia pun duduk di atasnya seraya berkata,
‘Aku yang akan memutuskan perkara kalian.’

Keduanya menjawab, ‘Ya, putuskanlah perkara di antara kami.’

Nabi tadi kemudian menginterogasi mereka dari tempat yang terpisah. Dia bertanya kepada salah seorangnya, ‘Di belakang pohon apa, kalian melihat wanita tadi.?’

Orang itu menjawab, ‘Pohon anu dan anu.’

Lalu Nabi itu menanyakan kepada salah seorangnya lagi dengan pertanyaan yang sama, namun jawabannya berbeda dengan temannya itu. Tak berapa lama turunlah api dari langit menyambar dan membakar kedua orang itu dan selamatlah wanita itu.”

(SUMBER: al-Maw’id: Jannâtun Na’îm karya Ibrahim bin ‘Abdullah Al Hâzimy sebagai yang dinukilnya dari buku Tsamarât al-Awrâq karya al-Hamawy dan Rawdlah al-Muhibbîn karya Ibn al-Qayyim, h.496)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar