Al-Qur'an berfirman:
"Isa Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa orang rasul. Dan ibu¬nya seorang perempuan yang sangat berpegang pada ke¬benaran. Mereka pun menyantap makanan. Lihatlah, bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka tanda-tanda; kemudian lihatlah betapa jauh mereka dipalingkan dari kebenaran! Kata¬kanlah: `Mengapa kamu menyembah yang selain Allah, sesuatu yang tak mampu membawa mudarat atau manfaat kepadamu?' Allah Maha Mendengar, Mahatahu" (Q.S. 5:75-76).
Dalam bahasa Yunani Christos berarti orang yang diberi upacara peminyakan, dan Masih, dalam bahasa Ibrani dan Arab, memiliki konotasi yang sama. Pada zaman dulu, para raja dan para pemuka agama tinggi diberi upacara peminyakan untuk memberi mereka pentahbisan dan kesucian; yaitu dialah orang pilihan Tuhan.
“Al Masih itu tidak malu jadi hamba Allah, dan tidak (juga) malaikat-malaikat yang dihampiri (oleh Allah), karena barang siapa malu dari beribadah kepada-Nya dan menyombongkan diri, maka Ia akan kumpulkan mereka semua kepada-Nya. (Q.S. 4:172).
"Karena kekafiran mereka dan karena tuduhan mereka ter¬hadap Maryam dengan kebohongan yang besar. Dan karena perkataan mereka: 'Kami telah membunuh Isa Almasih putra Maryam, Utusan Allah;- padahal mereka tidak membunuh¬nya dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampak¬kan kepada mereka. Dan mereka yang berselisih pendapat selalu dalam keraguan mengenai itu, tanpa didasari suatu pengetahuan selain dengan perkiraan saja, dan yang mereka bunuh tidak meyakinkan. Tetapi Allah telah mengangkatnya ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana" (Q.S. 4:156-158).
Inilah garis besar singkat yang diberikan Al-Qur'an tentang seorang Nabi-revolusioner besar Isa ibnu Maryam, seorang guru yang bertakwa, seorang hamba kebenaran yang memberontak terhadap korupsi dan eksploitasi yang dilakukan oleh kaum penindas, dan memimpin kaum lemah dan miskin melawan para penindas itu di propinsi Palestina, Roma, dan ditangkap lalu disalibkan. Dia adalah putra seorang perempuan suci, Maryam. Detil-detil pasti tentang kelahiran, hidup dan matinya masih tersembunyi dalam misteri karena satu¬-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan dan misi¬nya adalah Perjanjian Baru (Injil) dan Al-Qur'an. Isa hidup di Palestina pada masa kekaisaran Romawi Agustus dan Tiberius. Umat Nasrani ortodoks percaya bahwa Isa disalib oleh Gubernur Romawi dan para pemuka agama setelah mereka menyatakannya sebagai seorang pemberontak ter¬hadap tatanan sosial dan ekonomi yang korup dan menjadi ancaman terhadap ritual-ritual dan upacara-upacara agama, dan bahwa ia telah wafat dan dimakamkan, dan bahwa pada hari ketiga tubuhnya bangkit dengan luka-¬luka di tubuhnya, terbang melayang dan makan bersama dengan murid-muridnya, dan setelah itu diangkat ke langit bersama-sama dengan tubuhnya.
Kepercayaan ini adalah landasan doktrin Nasrani tentang pengorbanan darah dan penebusan dosa yang di¬lakukan oieh orang lain; yaitu bahwa Isa mati demi dosa¬dosa orang-orang yang bersalah. Kepercayaan ini tidak didukung oleh Al-Qur'an.
1. Hamba Allah
Menurut Al-Qur'an, Isa adalah seorang manusia yang rendah hati, seorang Nabi-revolusioner, seorang hamba Allah yang menempuh jalan lurus kebenaran seperti halnya Nabi-Nabi revolusioner lainnya. Dia adalah seorang manusia, seorang guru yang menerima wahyu Ilahi, Ruh Allah, 'Inspirasi Allah', pejuang pemberani yang melawan kejahatan dan penindasan. Dia tidak terbunuh ataupun disalibkan karena Nabi-revolusioner tidak pernah mati. Mereka selalu hidup di dalam hati nurani umat manusia.
"Dan karena perkataan mereka: 'Kami telah membunuh Isa Almasih putra Maryam, Utusan Allah'; padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampakkan kepada mereka. Dan mereka yang berselisih pendapat selalu dalam keraguan mengenai itu, tanpa didasari suatu pengetahuan selain dengan perkiraan saja, dan yang mereka bunuh tidak meyakinkan. Tetapi Allah telah meng¬angkatnya ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana" (Q.S. 4:157-158).
"Kami menurunkan wahyu kepadamu seperti wahyu yang Kami turunkan kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang sesudahnya: Kami menurunkan wahyu kepada Ibrahim, kepada Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, kepada Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan kepada Daud Kami memberikan Zabur" (Q.S. 4: 163). "Tatkala Isa datang dengan bukti-bukti yang nyata, ia ber¬kata: 'Sekarang aku datang kepadamu dengan membawa hikmah, dan untuk menjelaskan kepadamu beberapa hal yang kamu perselisihkan; karena itu bertakwalah kepada Allah dan ikutilah aku. Sungguh, Allah, Dialah Tuhanku dan Tuhan-mu; maka sembahlah Dia; inilah jalan yang lurus" (Q.S. 43: 63-64).
Isa adalah seorang Nabi-revolusioner yang mengajar¬kan kebenaran dan kesetaraan sosial, cinta kasih, dan per¬saudaraan kepada para pengikutnya: "Dia (Isa) berkata: 'Aku sungguh hamba Allah; memberikan wahyu kepadaku dan Dia menjadikan aku seorang Nabi; dan Dia memberi berkat kepadaku di mana pun aku berada, dan memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan mengeluar¬kan zakat selama aku masih hidup. Dan la menjadikan aku ber¬bakti kepada Bundaku, dan tidak menjadikan sewenang-wenang dan durhaka; salam sejahtera bagiku, tatkala aku dilahirkan, tatkala aku mati dan tatkala aku dibangkitkan hidup kembali'. Itulah Isa putra Maryam; suatu pernyataan yang benar, tentang dia yang mereka perselisihkan" (Q.S. 19:30-34).
Kemerosotan moral dan sosial orang-orang Yahudi telah digambarkan oleh Al-Qur'an sebagai berikut: "Allah telah menerima ikrar Bani Israil, dan Kami telah mengangkat di antara mereka dua belas orang pemimpin, dan Allah berfirman: 'Aku bersama kamu, bila kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, beriman kepada rasul-rasul-Ku, membantu mereka dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti Aku akan menghapus segala dosamu dan pasti Kumasukan kamu ke taman surga; dari bawahnya mengalir sungai-sungai. Tetapi barang siapa di antara kamu kemudian ingkar, maka ia sungguh sesat dari jalan yang lurus. Tetapi karena mereka kemudian melanggar perjanjian, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka begitu keras; mereka mengubah kata-kata dari arti yang sebenarnya dan melupakan sebagian pesan yang diperingatkan kepada mereka..." (Q.S. 5: 12-13).
Dalam surat Maryam, Al-Qur'an meng¬gambarkan kehidupan dan perjuangan para Nabi¬-revolusioner dan hubungan-hubungan mereka dengan keluarga-keluarga dan masyarakat-masyarakat tempat mereka hidup. Zakaria diikuti oleh anak laki-lakinya, Yahya, dalam perlawanan mereka terhadap kejahatan dan kepalsuan (Q.S.19:1-15). Maryam, Bunda Isa, difitnah dan dihinakan oleh kaumnya, tetapi Isa adalah seorang putra yang teguh dan bertakwa yang mengabdi dan melindungi bundanya (Q.S.19:16-40).
Ibrahim ditindas dan dianiaya oleh kaumnya, tetapi dia meninggalkan mereka dan pindah demi kebenaran. Musa berjuang melawan Fir'aun Mesir. Ismail mengikuti jalan kebenaran yang ditunjukkan kepadanya oleh Allah. Nabi Idris juga seorang hamba kebenaran (Q.S.19:45-¬65). Semua hamba kebenaran ini bukan hanya Nabi-Nabi¬revolusioner besar tetapi mengikuti jalan kebenaran dalam kehidupan pribadi mereka, dalam hubungan-hubungan mereka dengan keluarga, suku, masyarakat mereka, dan dalam kegiatan-kegiatan mereka sehari-hari.
Untuk kajian tentang kehidupan dan pekerjaan Nabi Isa, keempat Kitab dari Perjanjian Baru, yang dalam Al¬Qur'an disebut Injil, adalah Kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Menurut sarjana-sarjana modern, pada sekitar akhir abad kedua Masehi, Injil-Injil ini masih ada." Menurut Perjanjian Baru, sketsa kehidupan Isa, atau dalam bahasa Ibrani ‘Yesus’, adalah sebagai berikut:
Isa (Yesus) dilahirkan oleh Maryam (Maria) di Baiturrahiim/Bethlehem, Yudea, pada masa pemerintahan Raja Herodes. Karena takut akan kematian putranya di tangan para penguasa, Maryam dan suaminya, Yusuf (Yosep), rnembawanya ke Mesir. Setelah kematian Herodes sang raja, mereka kembali ke Palestina dan menetap di Galilea, di kota Nazareth, karena itulah Yesus disebut seorang Nazaret, dan para pengikutnya disebut Nazaranis (Nasrani) (dalam bahasa Arab disebut Nashara).Pada waktu itu seorang Nabi-revolusioner bernama Yahya (Yohanes) membaptis (mensyahadatkan) sedang menyiarkan kebenar¬an, kesetaraan, dan persaudaraan kepada orang-orang yang telah terbiasa dengan kejahatan dan cara-cara hidup yang keliru. Dia adalah seorang hamba Allah, seorang pemimpin orang-orang miskin yang sederhana, jujur, dan rendah hati. Dia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah.
Nabi Isa (Yesus) pun memulai dakwahnya. Dia memerintahkan kaumnya untuk mengikuti jalan ketakwaan dan kebenar¬an, jalan lurus Allah, dan menjauhkan diri dari semua kejahatan dan kepalsuan.
Nabi Isa berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain, dari kota-kota, desa-desa, padang-padang pasir, dan gunung-gunung, bersama dengan kerumunan orang¬orang miskin, menganjurkan kehidupan yang jujur dan penuh kebenaran, serta kerendahan hati. Dia berdebat dengan para pemuka agama, berbantahan dengan para penguasa dan pejabat-pejabat, dan menyapa para cende¬kiawan di kuil-kuil. Dia menceritakan parabel-parabel dalam bahasa rakyat jelata yang sederhana untuk menegur dan memperingatkan mereka tentang cara-cara hidup yang korup dan amoral.
2. Kemunafikan Para Pemuka Agama
Nabi Isa menyerang kemunafikan orang-orang Farisi yang mengikuti ritual-ritual yang dari luar tampak seperti 'Hukum' suci dan terlibat dalam segala macam dis¬kriminasi dan kejahatan. Dia tidak mengikuti 'Hukum' itu dengan munafik seperti halnya orang-orang Farisi dan para ahli tulis, dan lebih peduli pada bagaimana mem¬perbaiki kondisi-kondisi orang-orang miskin yang me¬nyedihkan itu. Hal ini membangkitkan para buruh, pekerja, dan budak-budak untuk melawan orang-orang kaya dan para pemuka agama.
Nabi Isa hidup dalam kemiskinan, tanpa menyimpan atau menimbun kekayaan atau makanan: dia berkelana dari tempat satu ke tempat yang lain dengan dikerumuni oleh orang-orang yang miskin, sakit dan tertindas. Dia memberi makan, melayani mereka dan hidup bersama mereka sebagai seorang manusia miskin. Dia telah mem¬berontak terhadap tatanan sosial yang korup.
Para pemberontak, yang seperti halnya Nabi Isa, telah memberontak terhadap sistem sosial yang palsu dan cara hidup yang munafik, telah mengorbankan segalanya demi sebuah masyarakat baru yang adil yang berdasarkan pada kebenaran dan kesetaraan. Para revolusioner itu tidak hanya memberontak terhadap tatanan sosial yang korup secara umum tetapi mereka juga menolak cara-cara, kebiasaan-kebiasaan, ide-ide, adat-istiadat, gairah-gairah, keinginan-keinginan, egoisme, kedengkian, arogansi, keangkuhan, kekikiran, kepengecutan, standar-standar pola perilaku yang keliru, pemikiran-pemikiran, ke¬munafikan mereka, duplisitas dan standar-standar ganda mereka, fitnah-fitnah, kecemburuan-kecemburuan, penyakit-penyakit masyarakat.
Nabi Isa meneruskan dakwahnya dan pada saat yang sama dia menyerang kemunafikan para pemuka agama yang menggunakan agama sebagai topeng yang di balik¬nya mereka mengeksploitasi rakyat yang naif dan kaum tertindas yang memberontak.
Ini adalah tipuan yang cerdik dan alat tipuan yang digunakan untuk menunjukkan kepada pemerintah saat itu bahwa Nabi Isa tidak hanya seorang penghina tuhan agama mereka, melainkan juga seorang pemberontak ter¬hadap sistem sosial dan politik dan penguasanya, Kaisar Romawi. Pada saat itu Palestina adalah sebuah propinsi dari Kekaisaran Romawi dan diperintah oleh Gubernur Romawi.
Sasaran utama serangan-serangan Nabi Isa adalah para ahli hukum dan orang-orang Farisi yang memiliki otoritas agama untuk menafsirkan hukum-hukum Taurat. Para pemuka agama dan para cendekiawan ini pada umum¬nya menyesatkan kaum miskin dan tidak bertindak sebagaimana yang mereka dakwahkan. Mereka berkolusi dengan para penguasa yang korup.
Nabi Isa mengajar manusia untuk jujur, bersih hati, se¬lalu berkata benar dan bertindak benar dan tulus tanpa pertentangan apapun antara hati dengan pikiran. Orang rang yang menjadi muridnya dibuatnya menjadi hamba kebenaran yang berani dan tanpa pamrih. Dengan ajaran¬-ajaran keteladanan hidupnya dia biasa menghembuskan 'ruh' dan kehidupan kepada orang-orang yang 'mati' secara moral. Dia membuat mereka menjadi berani dan teguh, dan membawa kehidupan kepada jiwa-jiwa yang 'mati'. (Q.S. 3:49). Kaum miskin, lemah dan para budak juga mengikutinya. Mereka meninggalkan tempat tinggal dan rumah-rumah, keluarga dan suku-suku mereka demi sebuah kehidupan baru yang penuh kebenaran dan ke-setaraan. Tatanan sosial dan orang-orang yang meme¬rintah di dalamnya merasa terancam oleh pemberontakan kaum tertindas itu. Nabi Isa pun ditangkap. Sebelum dia di¬tangkap, para penindas berusaha untuk membunuhnya beberapa kali, tetapi dia bisa melarikan diri.
3. Nabi Yang Tak Bersenjata
Demikianlah, Nabi-revolusioner Isa putra Maryam pun disalibkan. Dia dihinakan dan dibunuh karena dia tidak mempersenjatai dirinya dan para pengikutnya. Jelas bahwa dia percaya kepada kebenaran, cinta kasih, dan persaudaraan dan membenci kekerasan, balas dendam dan kerusakan. Kepasrahannya kepada kehendak Allah sempurna; dia seorang Nabi-revolusioner penerima wahyu, seperti Ibrahim dan Musa. Sikap religius progressive-revolusioner yang dalam dengan ketundukan diri total kepada kehendak Allah terlihat di sini. Nabi Isa adalah 'abid’, hamba, yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan dengan demikian bersungguh-sungguh menyembah-Nya. Dialah hamba dari hamba-hamba Allah, yang datang bukan untuk diperintah melainkan untuk memerintah, dan untuk membagi-bagikan hidupnya kepada kebanyakan manusia.
Nabi Isa berjuang demi kebenaran dan kesetaraan manusia dan menjadi martir bagi tujuannya yang mulia.
"Sungguh Allah Rabb-ku dan Rabb-kamu; sembahlah la, inilah jalan yang lurus. Setelah Isa menyadari akan kekafiran mereka ia berkata: 'Siapakah yang akan menjadi pembelaku di jalan Allah? Para murid berkata: 'Kamilah pembela-pembela Allah kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami orang-orang yang tunduk. Yaa Rabb! Kami beriman kepada apa yang Kau wahyukan dan mengikuti Rasul; maka masukanlah kami bersama mereka yang memberikan kesaksian. Lalu mereka; menyusun rencana; Allah juga membuat rencana, dan Allah perencana terbaik. Saksikanlah! Allah berfirman: 'Wahai Isa! Aku akan mengambil engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau dari (kepalsuan) orang kafir, dan akan Kujadikan mereka yang mengikuti engkau lebih tinggi di atas orang-orang yang kafir, sampai hari kiamat. Kemudian kepada-Ku kamu akan kembali. Maka Aku akan mengadili kamu sekalian tentang yang kamu perselisihkan" (Q.S. 3:51-55).
Kebanyakan rakyat Palestina hidup di bawah berbagai macam penindasan: Orang-orang Romawi menganiaya dan mengeksploitasi mereka dengan bantuan para pen¬duduk asli pemilik tanah, para pemilik budak, penguasa¬-penguasa dan pemuka-pemuka agama. Mereka merintih di bawah kaki sebuah agama Yahudi yang telah bobrok dan telah menjadi kumpulan bermacam-macam ritual yang hambar dan upacara-upacara kaku, tampilan-¬tampilan luar yang membebaskan orang-orang Yahudi itu dari semua tanggung jawab moral terhadap rakyat jelata yang tertindas. Konsep-konsep dan kata-kata dari Taurat didistorsi dari disalah-terapkan/artikan. Konsep-konsep itu diterapkan kepada orang-orang miskin dan tidak kepada orang-orang kaya.
Bagi rakyat jelata, al-Masih adalah sebuah gelar dan simbol harapan-harapan mereka untuk mendapatkan ke¬bebasan dari penindasan orang-orang Romawi, para bangsawan dan pemuka-pemuka agama. Nabi Isa adalah se¬orang Nabi-revolusioner dan rakyat yang tertindas me¬nyambutnya sebagai seorang hamba Allah, kebenaran, dan kesetaraan; al-Masih (Juru Selamat) yang akan mem¬bebaskan mereka dari perbudakan yang dilakukan oleh sedemikian banyak penindas. Orang-orang Israel sedang menunggu al-Masih yang adalah seorang anak Daud dan yang akan mengembalikan kekuatan, kejayaan, dan ke¬hormatan Yerusallem/Darussalam yang hilang. Kaum miskin dan lemah mengharapkan sebuah perubahan radikal dari tatanan sosial yang korup. Inilah alasan mengapa Nabi Isa mendapat-kan dukungan rakyat. Orang-orang yang ditindas dan di¬eksploitasi meninggalkan segalanya dan mengikuti sang Nabi-revolusioner yang akan membangun sebuah komu¬nitas yang adil berdasarkan cinta kasih, kesetaraan, dan persaudaraan; bebas dari rasa lapar, penderitaan, dan penindasan.
Pemberontakan rakyat di bawah kepemimpinan se¬orang Nabi-revolusioner ini dianggap sebagai sebuah ancaman bagi orang-orang Romawi, para bangsawan, para majikan, penguasa-penguasa setempat dan para pemuka agama Yahudi. Jika terjadi sebuah perubahan yang radikal atau revolusi di dalam hubungan-hubungan sosial, politik, ekonomi dan agama yang ada tersebut, para pemuka agama Yahudi, yang menikmati otonomi daerah yang cukup besar di bawah pemerintahan orang-orang Romawi, akan kehilangan hak-hak istimewa dan ke-kuasaannya.
Nabi Isa rnenggerakkan dan membangkitkan rakyatnya menentang para penindas tapi dia tidak mau mempersenjatai dirinya sendiri maupun para pengikutnya. Jika para Nabi kaum revolusioner tidak mengorganisir dirinya kedalam sebuah angkatan bersenjata mereka tidak dapat bertempur melawan kelas-kelas atau kelompok-kelompok sosial yang kuat demi mencapai kemerdekaan akhir bagi rakyat yang tertindas dan demi dibangunnya sebuah masyarakat yang merdeka dan egaliter. Tradisi agama Nasrani telah menafsirkannya sebagai pendekatan non-kekerasan (yang dilakukan) Isa yang adalah seorang pendakwah cinta kasih. Tetapi rakyat yang sedang memberontak; merindukan penyelamatan dan emansipasi para penindas, baik secara politik, ekonomi, maupun agama. Revolusi-revolusi yang tetap tidak bersenjata dan tidak dipertahankan dari serangan dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan yang jahat dan kontra-revolusi yang besar.
Nabi Isa adalah seorang hamba kebenaran yang besar. Nabi Isa hidup sebagai manusia biasa yang sederhana, jujur, dan rendah hati. Nabi Isa memikirkan orang lain, hidup untuk orang lain, menderita dan mati untuk orang lain. Nabi Isa memiliki tempramen seorang yang berkhalwat. Nabi Isa berdo’a sendirian secara sembunyi-sembunyi, agar tidak dilihat orang lain (tidak riya’).
Nabi Isa adalah seorang yang bijaksana, seorang guru besar (ulama), dan cendikiawan terpelajar. Nabi Isa adalah seorang guru yang merasa cukup dengan apa adanya dan tanpa pamrih bagi orang-orang miskin dan lemah. Al-Qur’an dan hadist banyak mencatat aporisme dan perkataan-perkataan Nabi Isa ini: ‘Janganlah terlalu banyak berbicara tanpa mengingat Allah; ini akan mengeraskan hati kalian. Dan hati yang telah mengeras tersingkir jauh dari Allah tanpa kalian sadari. Dan janganlah mengamat-amati dosa-dosa orang lain seolah-olah kamu adalah majikan mereka; tetapi awasilah dosa-dosamu sendiri seakan-akan kamu adalah budak (hamba sahaya). Manusia terbagi kedalam dua jenis: sebagian yang menderita karena dosa-dosanya sendiri dan sebagian lain yang diampuni; jadi, carilah ampunan bagi orang-orang yang sedang disiksa dan bersyukurlah kepada Tuhan karena kamu terbebas dari hukuman dan penderitaan.
Jumat, 31 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar