Artikel yang sangat bagus dan menyentuh jiwa ini saya temukan ketika membaca komentarnya mas 'Hamba Allah Yang Faqir' pada blognya sang pengembara jiwa mengenai postingan yang berjudul PERJALANAN NABI MUSA AS, MENERIMA WAHYU
Suatu ketika Allah berkata:
“Pada saat Aku baru menciptakan kamu, engkau hanya untuk Aku sendiri.”
“Setelah Ku-ciptakan Syurga, pergi dari-Ku 99% karena ingin syurga”
“setelah kuciptakan Neraka, pergi lagi 99% dari yang tinggal karena takut neraka”
“setelah Ku-ciptakan dunia, pergi 99% lagi dari yang sisa, karena ingin dunia”
“hanya tinggal sedikit sekali dari mahluk-Ku yang masih tinggal di hadapan-Ku”
“Aku bertanya kepada mereka yang tersisa: Hai mahluk-Ku yang bodoh, mengapa kalian masih tinggal di hadapan-Ku? apakah kalian tidak ingin syurga, apakah kalian tidak takut ganasnya neraka? apakah kalian tidak ingin dunia”
mahluk-mahluk yang bodoh itu menjawab:”Engkaulah pencipta semua yang ada, milik-Mu-lah apa yang tercipta,Maha Berkuasa Engkau atas segala sesuatu. Berlakulah segala yang Engkau kehendaki.
Wahai Yang Maha Perkasa, Tidaklah akan dapat kami miliki apapun jua, bahkan diri kami sendiri. Tidak dapat kami raih kebaikan, tidak dapat kami tolak mudharat, selain melalui Kekuasaan-Mu
Bagaimana akan sanggup kami menginginkan apa-apa yang nyata-nyata adalah milik-Mu. Kemuliaan apalagi yang lebih baik selain tetap berada dihadapan-Mu, menjadi sasaran pandangan-Mu wahai Engkau Yang Maha Mulia.
Cukup Engkau sajalah bagi kami
yaa Robbika.
Kutipan Hikmah Sufistik dari Syeikh Abdul Wahid bin Zaid
Suatu hari aku berjumpa seorang sufi di tengah perjalananku.
“Semoga Allah merahmati anda. Aku bertanya tentang suatu persoalan…” tanyaku padanya.
“Silakan. Hari-hari telah berlalu, nafas terhitung dan terbatas. Sedang Allah terus melihat dan mendengar…” katanya.
“Apakah pangkal ketaqwaan itu?” tanyaku
“Sabar.” Jawabnya
“Lalu pangkal kesabaran?”
“Tawakkal pada Allah.”
“Pangkal Tawakkal?”
“Memutuskan diri hanya kepada Allah..”
“Pangkal memutuskan diri pada Allah?”
“Menyendiri bersama Allah…”
“Menyendiri dengan Allah itu pangkalnya apa?”
“Tajrid (mengosongkan diri) selain Allah.”
“Apakah sesuatu paling lezat?” tanyaku lagi.
“Mesra dengan suka cita pada Dzikrullah..” Jawabnya.
“Lalu apa sesuatu yang paling baik?”
“Hidup bersama Allah…”
“Apa yang disebut paling dekat?”
“Sambung dengan Allah”
“Kemudian apa yang membuat hati sangat lapar?”
“Pisah dengan Allah.”
“Apakah yang menjadi himmah (cita-cita) orang yang ma’rifat pada Allah?”
“Bertemu Allah.”
“Apa tanda-tanda menjadi pecinta Allah?”
“Mencintai dzikrullah.”
“Apakah sukacita dengan Allah itu?”
“Meneguhkan rahasia batin dengan Allah.”
“Apakah pangkal dari pasrah itu?”
“Taslim terhadap perintah-perintah Allah.”
“Lalu pangkal dari Taslim (pasrah total)?”
“Mengingat bahwa permohonan hanya kepada Allah…”
“Apakah kegembiraan paling agung?”
“Husnudzon kepada Allah.”
“Siapakah manusia paling besar?”
“Adalah manusia yang merasa hatinya cukup dengan Allah.”
“Siapa manusia paling kuat?”
“Orang yang meraih kekuatan pada Allah.”
“Siapa yang disebut orang bangkrut?”
“Orang yang ridlo kepada selain Allah.”
“Apakah harga diri itu?”
“Melihat dunia bersama Allah….”
“Kapan seorang hamba jauh dari Allah?”
“Ketika ia terhijab (tertirai) dari Allah”.
“Kapan seseorang itu terhijab?”
“Manakala hatinya berhasrat kepada selain Allah.”
“Siapakah orang alpa itu?”
“Yaitu orang yang menghabiskan usianya bukan untuk taat kepada Allah.”
“Apakah Zuhud di dunia itu?”
“Meninggalkan kesibukan selain Allah yang menghambat bersama dengan Allah.”
“Siapa yang disebut orang yang menghadap Allah?”
“Ya, orang yang menghadapkan segenap jiwanya pada Allah.”
“Lalu siapa yang menyingkir dari Allah?”
“Ya orang yang menyingkirkan hatinya dari Allah.”
“Apakah Qolbun Salim itu?”
“Hati yang kosong selain Allah.”
“Ceritakan padaku darimana anda makan?”
“Dari kekayaan Allah.”
“Apa yang sesungguhnya anda inginkan?”
“Yang ditetapkan Allah padaku…”
“Kalau begitu beri aku wasiat…”
“Taatlah kepada Allah, ridlolah kepada ketentuan Allah dan bersukacitalah dengan dzikrullah, maka kalian akan menjadi pilihan Allah.”
Hamba Allah Yang Fakir
Rabu, 05 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar