oleh : Prof.Dr.KH. Jalaluddin Rakhmat, Guru Besar , staf pengajar Unpad
PADA salah satu perjalanan umrah Ramadhan, saya berjumpa dengan seorang yang sempat diberitakan di Koran sebagai ‘koruptor besar’ yang juga beribadah umrah saat itu. Nampaknya ia sadar betul bahwa ia telah melakukan korupsi yang merugikan rakyat. Waktu itu, sambil lesehan di halaman Masjidil Haram, sambil menunggu waktu buka puasa, ia bertanya kepada saya.
"Ustadz, betulkah hadis yang menyatakan bahwa orang yang kembali dari umrah atau haji kembali bersih seperti bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya?"
"Betul," jawabku.
"Betulkah hadis yang menyatakan bahwa barangsiapa melakukan salat tarawih dan puasa dengan iman dan ikhlas dia akan diampuni dari dosa-dosanya yang lalu dan yang kemudian?"
"Betul," jawabku.
"Alhamdulillah, Ustadz, betapa besarnya kasih sayang Allah. Saya berharap karena sekarang saya rutin melaksanakan shalat tarawih dan berpuasa sambil umrah di bulan suci, Tuhan akan memutihkan semua dosa saya. Pengadilan mungkin masih akan menuntut saya, tetapi Tuhan sudah mengampuni. Itu yang penting bagi saya."
Saya melaporkan percakapan ini verbatim. Saya hanya menyampaikan maknanya. Hal yang sama mungkin diyakini oleh banyak koruptor dalam hatinya, tetapi dia tidak menyampaikannya pada orang lain. Mereka yakin bahwa semua kemaksiatan mereka, termasuk merampas hak rakyat atau berbuat zalim akan dibersihkan dengan ibadah-ibadah ritual seperti shalat, puasa, haji, dan umrah.
Tiba-tiba saya tersentak. Seperti sebuah epifani (peristiwa istimewa dalam kehidupan seseorang yang menjadi titik balik dalam kehidupannya). Mungkin hadis-hadis seperti itulah yang membuat kita selama ini menjadi sangat mudah untuk berbuat dosa.
Kalau memang demikian, Ayo sebarkan fitnah tentang orang yang kita benci karena iri hati kita. Atau sakiti hati orang dengan sumpah serapah kita. Atur pengadilan agar kita bisa mengambil milik orang lain secara legal formal. Buat kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperoleh keuntungan besar walaupun nantinya akan menyengsarakan rakyat banyak. Lakukan mark up dalam anggaran dan mark down dalam pelaksanaan. Sesudah itu semua, setahun sekali kerjakan Puasa Ramadhan dan Shalat Tarawih, Haji, dan Umrah. Anda akan kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan dari perut ibunya!
Wah enak betul, saya pikir. Koruptor bisa membersihkan uang kotornya dengan cara murah meriah, yakni, umrah di bulan Ramadan bersama ustadz yang menghafal puluhan hadis fadhilah atau hadis penghapus dosa. Tetangga yang menyebarkan gosip dapat menyucikan diri dengan shalat lima waktu dan setelah salat membaca wirid tertentu dalam jumlah tertentu.
"Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun banyaknya seperti buih di lautan."
Saya terkejut. Saya juga bingung. Mungkinkah agama yang misi utama Nabinya adalah menyempurnakan kemuliaan akhlak memberikan peluang tindakan imoral dengan pembersihan ritual?
Shalat tidak lagi menjadi kekuatan untuk mencegah kekejian dan kemungkaran. Shalat malah menjadi teknik pembenaran. Puasa bukan lagi latihan mengendalikan hawa nafsu. Puasa bahkan menjadi strategi sementara untuk mengerem nafsu dan syahwat kita akan dunia, sebelum meluncurkannya dengan kecepatan lebih tinggi.
Saya gelisah. Untungnya segera saya ketahui bahwa sandaran pembenaran para pelaku ‘dosa laundering’ hanyalah bersumber dari hadis-hadis, dan ahli hadist kebanyakan menilai lemah hadis-hadis tersebut. Sama sekali tidak ada yang bersumber dari Al Qur'an.
Alquran tidak pernah menyebut ritus tertentu sebagai penebusan dosa. Alquran menerangkan penghapusan dosa sebagai pahala dari perjuangan panjang menegakkan ketakwaan kita.
Sebagai misal, Allah SWT berfirman :"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan diperangi pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala?" (Ali Imran 195).
Selanjutnya Alquran bahkan menyebutkan perbuatan dosa yang dapat menghapuskan dan menghilangkan pahala amal saleh, termasuk amal sedekah dan amal ibadah haji kita. Perbuatan ini juga menyebabkan pelakunya dilaknat Allah SWT di dunia dan di akhirat. Perbuatan itu ialah menyakiti manusia.
Dalam banyak ayat, Allah SWT berfirman :
- "Janganlah kamu menghilangkan pahala sedekah kamu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti?" (Al-Baqarah 264).
- "Barang siapa berniat melakukan haji di dalamnya, janganlah ia berkata kotor, berbuat fasik, dan bertengkar pada waktu melakukan haji." (Al-Baqarah 197)
- "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat dan menyediakan bagi mereka siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (Al-Ahzab 57-58).
Walhasil, bukan Umrah Ramadhan yang akan menghapuskan dosa korupsi, tetapi justru korupsi itu yang akan menghapuskan semua pahala umrahnya. Bukan shalat yang menghilangkan dosa gosip/ghibah, tetapi dosa gosiplah yang menghilangkan pahala shalatnya. Bukan puasa menebus dosa perbuatan menyakiti hati, tetapi perbuatan menyakiti itulah yang meniadakan semua pahala puasa. Wallahualam bissawab
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana -
Semoga bermanfaat
Billahit taufiq wal hidayah
Wassalamualaikum wr.wb
Imam Puji Hartono (IPH)
Diperbarui pada hari Selasa · Komentar · Suka
Jumat, 24 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar