Tulisan ini sebenarnya hanya untuk mengingatkan kita semua, semoga Alloh SWT memberikan hidayah & Taufik-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita dapat mengamalkannya, Amin..
Salah satu kegemaran Nabi Muhamad SAW, yang dipegang kukuh dan dilaksanakan secara istiqomah oleh K.H. Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom) adalah mengerjakan sholat fardu awal waktu yang dilaksanakan secara berjama’ah. Baginda Rosululloh SAW selalu datang awal waktu ke mesjid untuk sholat berjamaah sebelum Sayidina Bilal R.A, sahabat Rosululloh mengumandangkan Adzan, pertanda datangnya waktu sholat. Kebiasaaan Baginda Nabi Muhamad SAW ini, yang juga dilakukan oleh Syeikh Mursyid Kamil Mukamil, K.H. Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom) ini mengandung makna dan hikmah di dalamnya.
Kita, sebagai orang yang tengah belajar kepada Beliau, tentu apa yang Beliau lakukan mestinya pula diikuti pula oleh kita. Jangan hanya “cinta semu“. Disatu sisi kita berkhidmat, tapi disisi lain kita membangkang. Oleh karena itu, marilah dengan segenap kekuatan dan dengan sepenuh hati, untuk mengikuti apa yang dicontohkan dan dilakukan oleh Rosululloh SAW, dan juga dilaksanakan dengan nyata dan istiqomah dilakukan oleh Guru kita.
PENTINGNYA SHOLAT FARDHU
Alloh SWT telah berfirman dalam surah Al-Baqoroh ayat 43, yang artinya :
“ Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukulah bersama orang-orang yang ruku”.
Dalam ayat ini Alloh SWT menganjurkan kepada kita untuk mendirikan sholat. Karena sholat merupakan amaliah syariat yang paling sentral (inti) bahkan merupakan barometer amal syariat lainnya. Sholatpun bahkan oleh Baginda Nabi Muhamad SAW ditetapkan sebagai tiang agama, sesuai sabdanya :
“Sholat adalah tiang agama, Siapa yang mendirikannya berarti mendirikan agama, siapa yang meninggalkannya berarti merobohkan agamanya. “
Begitu pentingnya masalah sholat ini hingga Baginda Nabi Muhamad SAW mengingatkan umatnya, sehebat apapun amaliah ibadah yang dilakukan namun sholatnya berantakan, maka rusaklah amaliah ibadah lainnya. Seperti yang disabdakan Nabi Muhamad SAW :
“Sholat adalah amal syariat yang paling pertama diperhitungkan oleh Alloh atas hambaNya di hari kiamat. Bila benar sholatnya, benarlah amal-amal lainnya. Bila rusak (jelek) sholatnya, rusaklah semua amalnya”
Firman Alloh SWT dan juga sabda Rosululloh SAW di atas selain menerangkan betapa pentingnya mendirikan sholat, juga anjuran kepada kita agar shalat berjamaah dimesjid.
Alloh SWT memberikan perumpamaan bagi yang datang ke masjid lebih awal, sebelum adzan berkumandang, dengan matahari. Bagi yang menuju ke masjid dalam keadaan adzan dengan bulan, dan yang datang ke masjid setelah adzan dengan bintang.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, jika kita simak dari segi cahayanya, tentu sinar matahari lebih bercahaya daripada bulan atau bintang. Namun, tak sedikit yang menyadarinya sehingga sangat nyaman diantara kita masih sholat sendiri (munfarid) di rumah.
Enggan melangkahkan kaki ke masjid bisa jadi karena penyakit malas. Malas mengayunkan kaki pergi ke masjid. Malas menanggalkan aktivitas yang dirasa lebih penting. Malas kelihatan hebat, bisa menaklukan jutaan orang. Padahal malas tak ubahnya seperti tripleks yang mudah rapuh kena hujan dan panas, serta mudah didobrak.
Malas hanya dapat dikalahkan dengan melawannya. Ingat saudaraku, dobrakan itu hanya di awal saja. Pada awal mungkin kita merasa kesulitan pergi ke masjid, tetapi setelah satu kaki diayunkan, itu awal keberhasilan menaklukan malas.
Penyebab lain, karena tidak tahu keutamaan berjamaah. Padahal dengan berjamaah akan terjalin keharmonisan, tersadarkan akan eksistensi sebagai hamba. Ketika dalam shaf yang sama bersama hamba Alloh yang lain, dengan niat, tujuan yang disembah sama. Dengan begitu semakin sadar akan hamba Aloh. Bila mau hitung-hitungan pahala, pahala berjamaah dua puluh tujuh derajat lebih besar daripada shalat sendiri. Subhanalloh.
Begitu pentingnya sholat fardhu yang dilakukan berjama’ah, sampai-sampai Alloh SWT memperlihatkan beberapa contoh langsung sebagai akibat diabaikannya perintah sholat ini, baik saat jaman Nabi Musa sampai jaman para sahabat Rosululloh SAW., seperti halnya contoh kisah di bawah ini :
Pada suatu senja yang yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel ditubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman Nabi Musa a.s
Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucap salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam “Silahkan masuk”. Perempuan cantik itu berjalan sambil kepalanya terus tertunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, “Wahai Nabi Alloh, tolonglah saya, do’akan saya agar Tuhan mengampuni dosa keji saya”
“Apakah dosamu wahai wanita ayu ?”, tanya Nabi Musa a.s.
“Saya takut mengatakannya.” jawab wanita cantik itu.
“Katakanlah jangan ragu-ragu !” desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun terpatah bercerita, “Saya………. telah berzinah.”
Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.
Perempuan itu meneruskan, “Dari perzinahan itu saya pun……. lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya….. cekik lehernya sampai……. tewas”, ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya..
Nabi Musa a.s berapi-api matanya, Dengan muka berang ia menghardik, “Perempuan bejad, enyah kamu dari sini !, agar siksa Alloh tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi !!!”, teriak Nabi Musa a.s sambil memalingkan matanya karena jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan bagaikan kaca terbentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terkantuk-antuk keluar dari rumah Nabi Musa a.s. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimannya ? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, jahat perbuatannya.
Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya ia dari rumah Nabi Musa a.s, Jibril turun mendatangi Nabi Musa a.s. Sang Ruhul Amin lalu bertanya,
“Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya ? Tidak kah engkau tahu ada dosa yang lebih besar daripada itu ?”
Nabi Musa a.s terperanjat, “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu ?” Nabi Musa dengan rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.
“Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?”
“Ada…!” jawab Jibril dengan tegas.
“Dosa apakah itu ?” tanya Musa kian penasaran.
“Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina”.
Mendengar penjelasan ini, Nabi Musa a.s kemudian memanggail wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan, dengan khusyuk mememohonkan ampunan Alloh untuk perempuan itu.
Nabi Musa a.s menyadari, orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti pendapat bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Alloh SWT, bahkan seolah-olah menganggap Alloh SWT tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Alloh SWT itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Alloh SWT pasti mau menerima kedatangannya.
Wa Allohu a’lam..
(bersambung..)
sumber : http://ikhwansuryalaya.wordpress.com/
Rabu, 05 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar