Salah seorang sahabat Rasulullah SAW, Bilal bin Rabah adalah bekas seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia) yang masuk Islam ketika masih diperbudak. Dalam sejarah, setelah majikannya mengetahui bahwa Bilal masuk Islam, maka Bilal disiksa terus menerus setiap harinya guna mengembalikannya agar tidak memeluk Islam. Tetapi Bilal tidak mau kembali kepada kekafirannya dan tetap melantunkan "Allahu Ahad, Allahu ahad...".
Pada akhirnya Bilal dimerdekakan oleh Abu Bakar r.a dan menjadi sahabat setia Rasulullah saw sampai-sampai Bilal dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bermimpi mendengar suara terompah Bilal di surga.
Ketika hukum syariat adzan diperintahkan oleh Allah SWT, orang yang pertama kali disuruh oleh Rasulullah SAW untuk mengumandangkannya adalah Bilal bin Rabah dan suara Bilal memang sangatlah merdu.
Saking senangnya Rasulullah dengan suara adzan Bilal, sering Rasulullah meminta langsung Bilal untuk azan ketika waktu shalat tiba. ”Hiburlah kita dengan shalat, wahai Bilal!” Sabda Nabi Muhammad SAW suatu ketika. Dan Bilal tau apa maksud Rasulullah, diapun segera mengumandangkan adzan.
Bilal bin Rabbah, punya banyak kenangan tersendiri pada lelaki yang menjadi kekasih hatinya, Rasulullah SAW. Kenangan itu berkerak dan melekat dalam diri Bilal sampai jauh setelah Rasulullah SAW wafat. Agar tak terkoyak moyak hatinya, Bilal memutuskan untuk tidak mau lagi adzan sepeninggal Rasulullah.
Sampai suatu ketika, rindu Bilal pada Rasulullah tak tertahankan lagi. Iapun mengumandangkan kembali adzan setelah sekian lama tidak adzan.
Kisah ini diawali dengan cerita Bilal tentang mimpinya malam sebelumnya. Lelaki asal Ethiopia itu, suatu malam bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya, Bilal bertemu dengan Rasulullah. "Bilal, betapa aku rindu padamu", kata Rasulullah dalam mimpi Bilal.
Sungguh bahagia hati Bilal seteah ditemui oleh orang yang paling dirindukannya meski hanya lewat mimpi. Iapun tak sabar untuk menceritakan pada sahabatnya. Satu orang mendengar cerita Bilal. Tak berapa lama, orang pertama menceritakan mimpi Bilal pada orang kedua. Orang keduapun bercerita pada orang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Menjelang sore, nyaris seluruh penduduk kota Madinah, kota yang sudah lama ditinggalkannya, tahu tentang mimpi Bilal tersebut.
Maka bersepakatlah penduduk Madinah, meminta Bilal untuk adzan di masjid Rasulullah saat waktu Shalat maghrib tiba. Dan Bilal-pun tak kuasa untuk menolak keinginan sahabat-sahabatnya.
Senja merah, angin sepoi dan langit bersih dari mega di Madina Al Munawara. Bilal mengumandangkan adzan .”. Allahu Akbar .. Allahu Akbar ..” . Rasa dalam dada –nya tiba-tiba mengoncang, detik-detik bersama Rasulullah SAW, Manusia yang paling ia cintai dan rindukan terbayang kembali di pelupuk mata.
Akhirnya, penduduk Madinah pun menitikkan air mata rindunya. Dan Bilal, tentu saja ia diharu biru oleh perasaan rindu tak terkira pada kekasihnya, Nabi akhir zaman itu. Air matanya mengalir deras. Hampir saja ia tak sanggup menyelesaikan adzan-nya.
Bilal bin Rabbah menangis karena kerinduannya pada Rasulullah SAW. Lalu bagaimana dengan kita ? pernahkah kita merasa rindu pada Rasulullah SAW ?, Atau mungkinkah kita kelak dapat bertemu dengannya?
Disat akhir hayatnya Rasullullah mengingatkan kita dengaan “ dirikan shalat…...dirikan shalat..shalatlah kalian bila ingin selamat”. Juga sabdanya yang terkenal di ujung hayatnya yaitu "ummati-ummati, ……….”
Apakah kerinduan kepada Rasul seperti itu hanya ada pada Bilal atau sahabat yang pernah berjumpa dengan Nabi saw? Tidak. Rasulullah saw bersabda, “Manusia yang paling bersangatan dalam kerinduannya kepadaku adalah orang-orang sepeninggalku. Mereka ingin mengorbankan hartanya dan keluarganya hanya untuk dapat melihatku.”
Simaklah sajak Taufiq Ismail dan dengarkan bagaimana Sam Bimbo melagukannya:
Rindu kami
padamu, ya Rasul
rindu tiada terperi
Berabad jarak
darimu, ya Rasul
serasa engkau di sini
Cinta ikhlasmu
pada manusia
bagai cahaya suarga
Dapatkah kami
membalas cintamu
secara bersahaja
Ya Rasul Allah, jemputlah Bilal Bin Rabah atau siapapun yang mencintaimu dan mencintai keluargamu , kelak ketika mereka menghadap Kekasihmu dengan menggumamkan namamu. Bukankah di sana, di ‘Arasy yang agung, namamu berdampingan dengan nama Allah yang Mahakasih Mahasayang? Bukankah Tuhan menyebutmu dengan nama-Nya, al raûf al rahîm, Yang sangat santun dan sangat sayang
Ya Allah .. golongkanlah hambamu ini sebagai golongan yang nanti dapat berkumpul dengan Rasul-Mu, yang menatap wajahnya dengan kerinduan dan Rasulpun menatap kami dengan kerinduan. Dan Engkaupun tatap kami dengan penuh kecintaan. Amiin.
Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad
Lebak Bulus, 12 Juli 2009 jam 20.55
Semoga Bermanfaat.
Wassalamualaikum.wr.wb
Imam Puji Hartono (IPH)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar